HALUANNEWS, JAKARTA – Gempa bermagnitudo 3,4 pada Kamis (07/05/22) mengguncang Tarakan, Kalimantan Utara pada Kamis (07/04/22).
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap gempa di Tarakan dipicu aktivitas sesar aktif.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan episenter gempa terletak pada koordinat 3,36 LU dan 117,6 BT lokasi di darat, tepatnya di tengah-tengah Pulau Tarakan dengan kedalaman 10 kilometer.
Daryono menilai Tarakan merupakan wilayah rawan gempa dan tsunami, karena berada di lokasi yang berhadapan dengan sumber gempa Megathrust Utara Sulawesi.
“Selain rawan gempa, wilayah Tarakan juga rawan tsunami karena lokasinya yang berhadapan dengan sumber gempa Megathrust Utara Sulawesi (North Sulawesi Megathrust),” kata Daryono dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (7/4).
Gempa Misterius di Mars, Ahli Duga Terkait Aktivitas Vulkanik Sebagai informasi Kalimantan Utara disebut siap sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara (IKN) dari sejumlah sektor mengutip Antara. Mulai dari kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) hingga pasokan bahan makanan untuk kebutuhan IKN.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menurut Daryono gempa yang terjadi merupakan jenis gempa karak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif.
Berdasarkan laporan masyarakat, gempa ini dirasakan di Tarakan dalam skala intensitas II-III MMI. Beberapa warga di Tarakan sempat berlarian keluar rumah akibat guncangan yang terjadi secara tiba-tiba ini.
Namun hingga kini belum ada laporan kerusakan dari gempa, hingga laporan gempa susulan.
“Hingga pukul 16.30 WITA, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock),” ujar Daryono.
Daryono menjelaskan Tarakan merupakan kawasan paling rawan gempa di Kalimantan. Seringnya Tarakan diguncang gempa tidak lepas dari keberadaan jalur sesar aktif, yaitu Sesar Tarakan yang memiliki magnitudo tertarget hingga mencapai 7,0.
Sejarah mencatat gempa merusak di Tarakan sudah terjadi beberapa kali, yaitu gempa Tarakan pada 19 April 1923 dengan M 7,0.
Kemudian gempa Tarakan pada 14 Februari 1925 dengan guncangan sangat kuat mencapai skala intensitas VI-VII MMI hingga menyebabkan banyak bangunan rumah rusak.
Selanjutnya gempa Tarakan 28 Februari 1936 M6,5 mengakibatkan rusaknya sejumlah bangunan rumah, dan gempa Tarakan pada 21 Desember 2015 M 6,1 yang menimbulkan banyak bangunan rumah dengan gempa susulan terjadi sebanyak 16 kali. (*)