Elfindri menyebut, dengan ketersediaan potensi ekonomi yang luar biasa dari sektor pertanian dan perkebunan, sudah seharusnya Sumbar memiliki industri pengolahan hasil perkebunan dan pertanian besar yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Ia mencontohkan, meski saat ini Sumbar memiliki areal perkebunan sawit yang cukup luas, namun sayangnya kebanyakan hasil panenan tersebut, malah diolah di industri pengolahan CPO yang berada di luar Sumbar. “Artinya, Sumbar masih menjadi daerah penghasil, belum melakukan industrialisasi. Padahal jika fasilitas Pengolahannya ada di Sumbar, tentu akan ada tenaga kerja yang terserap,” ucapnya.
Elfindri menyebut, pada sub sektor perkebunan dan pertanian ini, sudah saatnya juga Sumbar memiliki industri pengolahan pupuk besar untuk menunjang potensi hasil perkebunan dan pertanian Sumbar yang tak kalah besarnya.
Ia menambahkan, tingginya angka pengangguran dan rendahnya tingkat pertumbuhan Ekonomi, merupakan dua fenomena berkaitan yang menyebabkan perekonomian Sumbar jauh tertinggal dibandingkan daerah lainnya.
” Akar permasalahannya adalah investasi yang tidak tumbuh. Sementara sektor perkebunan, pertanian, dan Pariwisata dampaknya dan serapanya secara ekonomi dan tenaga kerja juga tidak begitu signifikan dan menakjubkan,” tutupnya.
Sebelumnya, Sepanjang tahun 2022, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA) Kabupaten Tanah Datar mencatat ada sebanyak 731 Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di daerah tersebut.