Psikolog Alfi Rahmadini : Lapangan Pekerjaan Sulit Bisa Picu Gangguan Jiwa

Psikolog, Alfi Ramhadini, M. Psi

PADANG, HARIANHALUAN.ID — Psikolog dari Universitas Andalas (UNAND) Alfi Rahmadini juga menyayangkan kondisi dimana minimnya lapangan kerja melahirkan ODGJ. Apalagi kemarin ada juga berita ODGJ yang menusuk warga di Tanah Datar.

“Ya, kebutuhan banyak, hidup makin sulit dan lapangan pekerjaan sedikit karena banyak pekerjaan yang bisa tergantikan oleh teknologi,” ujar alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) saat dihubungi Haluan, Kamis (7/9). 

Alumni UGM ini menjelaskan setiap manusia selalu dihadapkan dengan stressor (sumber stres) dalam menjalani kehidupannya. Termasuk akibat pekerjaan dan masalah hidup lainnya. Akan tetapi kenyataannya tidak semua manusia yang resilience (memiliki daya lenting) dalam menghadapi sumber stres itu. 

Dikatakannya, stres merupakan reaksi secara fisik atau emosional (mental/psikis) ketika ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.  “Stres itu merupakan bentuk respon yang wajar terjadi ketika bertambahnya tekanan dalam hidup. Namun tiap-tiap orang akan berbeda dalam meresponnya,” ucap Alfi asal Batusangkar ini.

Dijelaskannya tanda seseorang sedang stres bisa diketahui dari respon fisik, kognitif, sosial, perilaku, dan emosinya. “Secara fisik seperti merasa lemah, pusing, tidak berdaya, susah tidur, mudah sakit perut, diare atau sembelit dan mudah lelah, ” tuturnya. 

Sedangkan secara kognitif seseorang akan sulit konsentrasi, cenderung berpandangan negatif, merasa kewalahan melakukan sesuatu. Kemudian secara perilaku/emosi seperti perubahan makan (banyak makan atau tidak nafsu makan), menarik diri dari pergaulan, merasa takut, suka mengeluh, mudah menangis, berbohong, mudah marah dan diam. 

Alfi memberikan tips bagaimana merespon saat seseorang mengalami stres.  Pertama, katanya, sadari dan akui bahwa ada sesuatu yang terjadi.  Kemudian rehat, tenang, dan menata perasaan / hati. Bisa dengan istirahat yang cukup, cerita kepada orang lain, perbanyak ibadah dan berdoa, menemukan kembali tujuan dan niar agar kembali semangat, positive thinking dan bersyukur hingga melakukan relaksasi. 

Selanjutnya temukan sebabnya. Formulasi kan solusi dan tetap tawakal.  Jangan lupa menyibukkan diri dengan kegiatan positif. Menjaga pola Hidup sehat, belajar dan olahraga.  Kemudian cari bantuan bisa ke orang terdekat yang dipercaya, keluarga, pasangan, teman, hingga bantuan profesional psikolog dan konselor. 

Disisi lain, seseorang juga harus melihat apapun potensi yang ada pada dirinya.  “Jika sudah berusaha mencari pekerjaan namun ternyata belum juga mendapatkannya, seseorang harus melihat sisi lain dari dirinya. Mungkin ada skill yang bisa diasahnya atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,” kata dia.

Selain itu, diperlukan mindset bahwa yang memiliki masalah bukan hanya diri sendiri saja. Orang lain mungkin merasakan hal yang sama, namun menghadapinya dari sudut pandang berbeda.  Salah satu hal penting lainnya, adalah berbagi kepada orang yang dipercaya.

“Barangkali ada rekomendasi atau informasi lowongan pekerjaan dari orang sekitar. Karena tidak sedikit juga yang ternyata gengsi bertanya, pemilih akan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tidak sesuai passion, tidak sesuai jurusan dan berbagai hal lain yang menutup peluang untuk dirinya sendiri berkembang,” ucapnya. (h/yes)

Exit mobile version