Dalam upaya meningkatkan pemanfaatan buku KIA tersebut, lanjut Dante, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun telah menjalin kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Kerja sama tersebut dengan mengadakan program pengembangan kapasitas kerja sama Selatan-Selatan melalui pertukaran pengetahuan, keahlian, dan sumber daya manusia (SDM). Salah satunya kegiatan Knowledge Sharing Program on Maternal and Child Health Handbook ini.
“Bertujuan mengakomodasi negara-negara untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik mereka dalam melakukan deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan terpadu untuk ibu dan anak menggunakan buku KIA,” ungkapnya.
Kepala JICA Perwakilan Indonesia, Mr Yasui Takehiro, menjelaskan, pihaknya memiliki kepedulian yang sama tentang bagaimana memperkuat keberlangsungan pengasuhan ibu dan anak serta menjamin saling pelayanan kesehatan ibu dan anak. “Kami mempertimbangkan bagaimana kami dapat memastikan kualitas perawatan dalam deteksi dini semua masalah kesehatan masyarakat dengan memanfaatkan buku KIA,” tuturnya.
Program ini, sebut Yasui Takehiro, memberikan kesempatan yang baik untuk berbagi pengalaman di antara peserta negara-negara. “Kami berharap semua peserta akan mengeksplorasi cara untuk memperkuat deteksi dini dan intervensi dini terhadap masalah kritis kesehatan ibu dan anak menggunakan buku KIA dengan pertimbangan khusus untuk tidak meninggalkan siapa pun sebuah janji dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG),” ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, mengatakan, Pemprov Sumbar melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah menjadikan buku KIA sebagai instrumen yang sangat membantu melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang telah diperkenalkan sejak tahun 1994 dan diterapkan di Indonesia sejak 1997. Sementara, penerapan di Sumbar pada tahun 1999.
“Pada tahun 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 284/Menkes/SK/III/2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak dinyatakan buku KIA satu-satunya buku pencatatan kesehatan Ibu dan anak,” ucap Mahyeldi.