Perlu Kolaborasi Optimalkan Serapan Tenaga Kerja Sektor Pariwisata

PADANG,HARIANHALUAN.ID — Kekayaan potensi wisata dan keberagamaan industri bisnis di dalamnya memberikan potensi yang menjanjikan terhadap ketersediaan lapangan pekerja. Dibutuhkan kolaborasi lintas instansi untuk menyokong penyerapan tenaga kerja di sektor wisata.

Pakar Pariwisata Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatra Barat Mochammad Abdi menilai, sektor pariwisata Sumatra Barat memiliki potensi penyerapan tenaga kerja yang sangat luar biasa. Hal itu tidak terlepas dari kompleksitas dan beragamnya jenis industri dan usaha bisnis turunan dari sektor wisata

Koordinator Bidang Tata Kelola Destinasi dan Pengembangan SDM Tim Pemberdayaan dan Pengembangan Desa Wisata Provinsi Sumatera Barat (TP2 Dewi Sumbar) ini menjelaskan, industri pariwisata Sumatra Barat, terdiri dari industri akomodasi perhotelan atau bahkan UMKM Homestay.

“Sektor ini cukup menggeliat dengan banyaknya penyelenggaraan event-event skala nasional di Sumbar pasca Covid-19. Ini mengindikasikan bahwa industri akomodasi wisata Sumbar saat ini sudah mulai stabil,” ujarnya kepada Haluan Jumat (22/9).

Berangsur stabilnya dunia industri pariwisata akomodasi Sumbar saat ini, lanjut Abdi, pasti akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang bisa diserap dibandingkan dengan zaman ketika pandemi Covid-19 masih menggila dan melumpuhkan sektor pariwisata secara total.

Dijelaskan Abdi, industri perhotelan akan sangat membutuhkan banyak tenaga kerja yang akan disebar ke berbagai unit-unit kerja. Begitupun dengan pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Homestay Sumbar yang saat ini mulai bergeliat dengan adanya program desa wisata.

“Begitupun dengan industri pariwisata transportasi yang juga bergeliat dengan banyaknya event dan paket-paket perjalanan wisata. Efek ekonomi dirasakan para sopir, driver, hingga Co Driver. apalagi mobilitas pengunjung ke desa wisata juga telah mulai ramai,” tambah dia.

Jenis industri pariwisata lainnya yang tidak kalah banyak menyerap tenaga kerja, lanjut Abdi adalah industri Tour And Travel. Apalagi di masa pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid seperti saat ini, pengunjung dari luar daerah maupun luar negeri sudah mulai masuk ke Sumbar.

“Perusahaan yang selama ini sempat merumahkan karyawannya selama Covid sudah kembali bergeliat. Mereka sudah kembali beraktivitas normal. begitupun dengan industri rumah makan dan restoran yang juga sudah mulai kembali ramai,” jelasnya.

Penyerapan tenaga kerja dari sejumlah sub sektor industri pariwisata ini, lanjut Abdi, juga semakin diperkuat dengan keberadaan destinasi-destinasi diseluruh daerah yang selama ini dikelola oleh pemerintah, unsur masyarakat maupun pihak swasta lainnya.

Peningkatan mobilitas pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara ke Sumbar ini, juga disambut dengan mulai menjamurnya bisnis kafe yang rata-rata didirikan dan diminati oleh generasi muda millenial zaman Now.

Sektor ini pun, harus diakui turut menyerap banyak sekali tenaga kerja sebagai pramusaji, pelayan, bartender, barista dan sebagainya. Menurut Abdi, tenaga kerja yang terserap kedalam aktivitas bisnis pariwisata Sumbar saat ini, terdiri dari dua kategori,

Yaitu, tenaga kerja yang sempat dirumahkan pada saat pandemi Covid-19, serta para Fresh Graduated yang baru saja lulus dari perguruan tinggi atau sekolah vokasi.

Dijelaskannya, tenaga kerja baru ini, juga terserap oleh berbagai sektor ekonomi kreatif seperti halnya rumah songket, konveksi, busana atau sebagainya yang saat ini juga diminati oleh banyak pengunjung dan wisatawan yang ada di Sumatra Barat.

Mengingat di Sumbar saat ini banyak sekali sekolah-sekolah vokasi atau perguruan tinggi penghasil tenaga kerja siap pakai di dunia industri pariwisata, menurut Abdi, pemerintah daerah perlu meningkatkan sinergitas dan kolaborasi dengan institusi pendidikan.

Sebab pada faktanya, rata-rata siswa atau mahasiswa magang dari berbagai insitusi poendidikan Sumbar saat ini, justru lebih banyak mendapatkan proses magang di industri Pariwisata yang berada diluar wilayah Sumatra Barat.

“Mesti ada sinergi antara institusi pendidikan dan industri pariwisata. Bagaimana caranya siswa atau mahasiswa yang magang, benar-benar mendapatkan kompetensi yang mewreka butruhkan saat memutuskan terjun ke dunia industri pariwisata,” pungkas Abdi mengakhiri. (fzi).

Exit mobile version