“Sebut saja Konflik Agraria PSN Air Bangis Pasaman Barat, Konflik masyarakat adat dengan korporasi sawit di Nagari Bidar Alam Solok Selatan dan belasan konflik agraria lainnya di Sumbar,” terangnya.
“Sudahlah tidak menuntaskan, Negara dan perangkatnya malah menambah daftar panjang pelanggaran HAM berat di Sumatra Barat dan daerah lainnya,” tambahnya.
Senada dengan itu, salah seorang kawanan September Hitam lainnya, Muhammad Jalali menjelaskan, bulan September sangat identik dengan waktu kejadian rata-rata pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu.
Atas dasar itu, kegiatan yang dikemas dalam bentuk diskusi, penampilan puisi, orasi, lapak baca dan kesenian lainnya ini, bertujuan untuk mengingatkan negara bahwa rakyat tidak lupa bahwa negara pernah menjadi pelaku pelanggar HAM dan tidak pernah ingin menuntaskannya.
“Ini adalah panggung bagi kita untuk menyuarakan suara, pikiran dan aspirasi rakyat terhadap Negara, pemerintah dan para pemegang kuasa,” pungkasnya. (*)