Namun sayangnya, isu krisis air penggerak turbin PLTA yang dipicu kerusakan lingkungan di bagian hulu sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) besar di Sumbar itu,sampai saat ini tidak pernah dijadikan perhatian serius oleh pemerintah daerah.
“Isu defisit Air PLTA sebenarnya adalah isu klasik. Selama ini pemerintah tidak peduli dan hanya baru akan ribut jika defisit air sudah terjadi dan menyebabkan terjadinya pemadaman listrik bergilir setiap kali terjadi musim kemarau panjang,” Ucapnya.
Dia bilang, satu-satunya, solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis atau defisit air di empat PLTA yang ada di Sumbar, adalah dengan memulihkan ekosistem lingkungan di daerah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sebab pada kenyataannya, rata-rata DAS penting krusial yang berpengaruh terhadap siklus hidrologis serta ketersediaan supply air di Empat PLTA yang ada di Sumbar ini, telah mengalami degradasi lingkungan yang sedemikian parahnya lantaran terjadinya alih fungsi lahan yang massif tanpa memperhatikan kaedah konservasi lingkungan.
“Kerusakan lingkungan sebenarnya tidak hanya terjadi di DAS Kampar, namun juga terjadi di DAS Sumani yang berhulu di daerah Solok. Disana daerah yang semestinya menjadi areal tangkapan dan resapan air sudah berubah menjadi kawasan pertanian bawang dan sebagainya,” jelasnya.