Ket foto:
Petani yang sekaligus juga menjadi pengelola meninjau proses penjemuran di Rumah Produksi Kopi Kayu Aro, Solok, Kamis (30/11). KIKI NOFRIJUM
SOLOK, HARIANHALUAN.ID – Cahaya matahari menembus merahnya buah ceri yang masih basah. Menjelang kering, cikal bakal kopi yang dijemur itu ditata dengan penuh harapan. Segenap harapan yang tumbuh dari para petani lokal demi keberlangsungan ekonominya yang lebih baik.
Senyum bahagia pun juga bersileweran, ketika petani-petani kopi itu dengan semangatnya mengangkut hasil panen kopinya ke rumah produksi tempat pengepulan kopi yang baru saja didirikan beberapa bulan yang lalu.
Rumah produksi itu dinamai Rumah Produksi Kopi Kayu Aro. Rumah produksi ini merupakan tempat untuk pengolahan hasil panen kopi yang berada langsung di jantung tanaman kopi Kayu Aro, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok.
“Didirikannya Rumah Produksi Kopi Kayu Aro sejak bulan Juli kemarin, sebagai bentuk jawaban atas keluh kesah petani kopi yang kesulitan mencari buangannya. Apalagi sebelumnya di Kayu Aro ini tidak ada tempat pengepulannya,” kata Ketua Kelompok Rumah Produksi Kopi Kayu Aro, Dori, Kamis (30/11).
Rumah Produksi Kopi Kayu Aro ini dibina langsung oleh PT. Tirta Investama (Aqua) Solok melalui tanggung jawab sosial atau corporate social responbility (CSR) salah satu perusahaan air mineral terbesar di Indonesia tersebut.
Kehadiran rumah produksi ini, lanjut Dori, tidak lain tidak bukan menjadi langkah awal dalam upaya menata ekonomi petani lokal, di mana budidaya kopi memiliki potensi yang cukup besar dalam mengembangkan ekonomi baru di Kayu Aro itu sendiri.
Bermula dari keresahan para petani lokal tersebut, pada akhirnya PT. Tirta Investama (Aqua) Solok menilik langsung keresahan itu untuk kemudian mewadahi para petani kopi di Kayu Aro dalam pengepulan sampai ke pengolahannya. Harapan para petani kopi yang tak tersampaikan dan hanya terkungkung di dalam ingatan, akhirnya berdirilah Rumah Produksi Kopi Kayu Aro sebagai penjawab harapan tersebut.
“Alhamdulillah keluh kesah kami dijawab dan langsung diberikan solusi. PT. Tirta Investama (Aqua) Solok melalui mitra pelaksana Human Initiative memberikan kami rumah produksi kopi. Ini menstimulasi kami bersama para petani untuk bisa mengembangkan budidaya kopi menjadi lebih baik ke depannya,” katanya.
Di kesempatan lain Kepala Cabang Human Initiative Sumatra Barat, Defri Hanas, juga mengatakan dalam ekosistem kopi selama ini pengepul atau tengkulak sebagai pemain tengah selalu diuntungkan dalam bisnisnya. Sehingga petani kopi hanya menjadi pemenuh dasar tanpa terbayangkan peningkatan yang lebih secara kualitas dan kuantitasnya.
“Nah selain dekatnya akses penjualan dasar, dari keberadaan rumah produksi ini para petani kopi juga bisa langsung menjadi pemain tengah karena dapat mengelola langsung hasil panen mereka sendiri,” katanya.
Sehingga dalam pengelolaannya akan ada benefit yang lebih besar dan tentunya terhadap value ekonomi yang lebih baik. Dan pada orientasi kesejahteraan, para petani hingga kelompok pengelolanya pun juga lebih sejahtera.
Pendirian Rumah Produksi Kopi Kayu Aro melalui mitra pelaksana Human Initiative (HI), PT. Tirta Investama (Aqua) Solok mengharapkan pengembangan potensi ekonomi baru di sektor budidaya kopi benar-benar dapat mengangkat kesejahteraan petani kopi dan masyarakatnya secara ekonomi maupun dalam aspek lainnya.
Menata Ekonomi, Mengurai Manfaat
Menurut Dori selaku Ketua Kelompok Rumah Produksi Kopi Kayu Aro, keberadaan rumah produksi ini menjadi perangsang bagi petani lokal dalam mengembangkan budidaya kopinya. Penggiatan budidaya kopi pun terus menumbuhkan semangat bagi para petani dalam menggiatkannya.
Tak hanya menjadi penyambung tangan harapan dari petani lokal saja, nyatanya kehadiran rumah produksi kopi ini juga menjadi ruang penting dalam menumbuhkan ekosistem perekonomian yang lebih terarah dengan potensi-potensi besar yang dimiliki.
“Kami sangat terbantu dengan keberadaan rumah produksi ini. Manfaat itu kami rasakan saling berkesinambungan. Petani dapat menjual kopinya sesuai dengan harga pasaran, dan kita pun juga mendapatkan pengalaman besar dalam pengolahannya,” katanya.
Selain menata potensi dengan metode sirkular ekonomi, langkah konkret juga ditunjukkan secara serius oleh PT. Tirta Investama (Aqua) Solok, salah satunya dalam upaya pemberdayaan dengan memberikan pelatihan-pelatihan khusus tentang tanaman kopi.
Berkat momentum yang tepat, dalam perkembangannya kini budidaya kopi di Kayu Aro terus merambah kepada masyarakat lainnya. Kini, di sekitaran Kayu Aro sudah terdapat sekitar 15 hekatare lahan yang dimanfaatkan sebagai budidaya kopi. Bahkan luasan lahan yang dikelola itu tidak hanya datang dari perluasan kelompok tani kopi saja, namun juga datang langsung dari inisiatif masyarakat untuk bertanam kopi secara individual dan mandiri.
“Sejak 2018 sampai sekarang ini sudah 15 hektare lahan yang dimanfaatkan oleh kelompok maupun secara individual. Artinya, terlihat semangat masyarakat untuk menggiatkannnya, apalagi budidaya kopi ini cukup menjanjikan secara perekonomiannya ke depan,” ujarnya.
Begitu pula yang disampaikan Hanifar yang merupakan salah seorang petani kopi di Kayu Aro. Hanifar sendiri telah menanam kopi sejak tahun 2018 lalu. Meski ketika itu kopi belum begitu marak budidayanya di Kayu Aro, Hanifar tetap meyakini tanaman kopi akan memiliki nilai ekonomi yang lebih.
“Saya sudah mulai menanamnya. Kami ambil bibit kopi arabika dari Surian dan alhamdulillah dapat tumbuh dengan baik. Tapi kami menjual hasil panennya ke tengkulak saja dengan harga yang murah. Namun saya bersama petani lain tetap mempertahankan tanaman kopi ini dengan keadaan yang seperti itu,” ujarnya.
Secara perlahan, segenap keluh kesah yang terus dirasakan, para petani pun membersamai persoalan ini. Keinginan untuk lebih sejahtera dari budidaya kopi ini diadukan langsung oleh petani-petani tersebut kepada pihak PT. Tirta Investama (Aqua) Solok yang memang menjadikan Kayu Aro sebagai wilayah pengembangan program CSR Aqua Solok sendiri.
Akhirnya hal itu direspon positif. Memulai langkahnya, para petani terlebih dahulu diberikan pembekalan dan pembinaan. Selepas itu barulah pada bulan Juli kemarin didirikan Rumah Produksi Kopi Kayu Aro yang dibina langsung Aqua Solok. Pendirian ini sebagai tindak lanjut hasil pembekalan yang telah diberikan yang kemudian diharapkan adanya pengembangan yang lebih baik untuk selanjutnya.
“Bagi kami ini benar-benar solusi. Kami tidak lagi harus menjual hasil panen ke tempat lain. Di rumah produksi kopi ini kami bisa mendapatkan harga yang layak dan bahkan kami pun dijadikan pula bagian dari pengelola dan bagian dalam pengolahannya,” katanya.
Tidak hanya itu, berbagai pengetahuan tentang tanaman kopi juga didapatkan, mulai dari pengolahan jenis kopi green bean hingga proses peningkatan kualitas kopi dalam bentuk lainnya. Sehingga apa yang didapatkan petani pun tidak hanya sekadar pengetahuan akan penjualannya saja, tapi lebih dari itu pengolahan kopi berkualitas pun juga bisa dilakukannya.
Melalui pemanfaatan potensinya, kehadiran Rumah Produksi Kopi Kayu Aro tidak hanya membicarakan penataan ekonomi petaninya saja, akan tetapi mampu menguraikan manfaat bagi petaninya, rumah produksinya, dan juga bagi masyarakat Kayu Aro sendiri.
Keberadaan Rumah Produksi Kopi Kayu Aro yang dicetuskan PT. Tirta Investama (Aqua) Solok tersebut, diharapkan terus berjalan sesuai penjawab harapan dan mencapai tujuan yang lebih sejahtera bagi petani dan masyarakatnya. Ekonomi tertata, manfaat terurai, dan muara kesejahteraan pun tercapai. (h/mg-jum)