Kepala Bidang (Kabid) Olahraga, Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumbar, Rasydi Sumetry membuktikan bahwa kenakalan di masa remaja tidak selalu berakhir dengan kehancuran masa depan.
Berdebat dengan guru, berkelahi di sekolah, menjahili teman-teman sekelas, merupakan sebagian kenakalan dalam proses mencari jati diri yang pernah ia jalani masa saat muda. Kenakalan inilah yang membuatnya harus menempuh pendidikan selama empat tahun di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Tapi senakal-nakalnya saya, tidak pernah sampai merokok, narkoba, saya menghindari itu. Kenakalan saya hanya sebatas itu saja, cabut, membuat surat perjanjian. Sebatas itu saja,” ucap Rasydi pada Haluan baru-baru ini.
Setiap manusia memiliki titik balik dalam kehidupan, begitupun Rasydi. Pertemuan dengan pelatih silatnya semasa Sekolah Dasar (SD), menjadi awal mula perubahan pola pergaulan dan pandangan hidup laki-laki yang biasa dipanggil bang Met ini.
Saat ia kuliah, ia juga dipertemukan dengan atlet silat lainnya, dari berbagai jurusan dan universitas. Hal ini membuat dirinya memperoleh banyak pelajaran mengenai kehidupan. Banyak pelajaran yang ia peroleh, mulai dari pembelajaran tentang kehidupan dunia hingga akhirat.
“Bergabung kembali dengan dunia silat itu, niat awalnya supaya saya lebih jago saat bertengkar. Ternyata saya bertemu dengan orang-orang yang sangat positif. Salat setiap waktu, sebelum latihan mereka belajar, saat istirahat latihan mereka juga belajar, saat itulah pola pikir saya berubah. Saya harus memiliki masa depan,” katanya.
Semenjak itulah, sambung Rasydi, ia mulai terbiasa dengan kehidupan yang teratur. Ia mulai fokus pada latihan, keseriusan belajar, hingga akhirnya ia meraih beragam prestasi di dunia pencak silat.
Berbekal ketekunan selama mengikuti latihan silat, ia berhasil meraih banyak medali dari berbagai kejuaraan. Medali emas pertama berhasil ia raih pada Pekan Olahraga Daerah (PORDA) di Pasaman (1997). Keberhasilan itu mendorong ia untuk memperoleh medali lainnya, seperti medali perunggu pada SEA GAMES XXII di Vietnam (2004), hingga medali perak pada Kejuaraan Asia Pasifik di Philipina (2003).
Rangkaian prestasi yang diperoleh mendorongnya untuk berbagi ilmu dengan generasi muda. Pengalaman menjadi pelatih tim pencak silat di berbagai provinsi dan kota pernah digelutinya. Beberapa diantaranya sebagai pelatih Tim Pencak Silat di Kota Padang Panjang pada Porprov XV Tahun 2015, hingga Ketua Umum Perguruan Seni Bela Diri Tapak Suci Putra Muhammadiyah Kota Padang (2015-2019).
“Jadi sebenarnya tidak bisa langsung dicap anak nakal ini tidak akan berhasil. Semua akan melewati berbagai proses untuk menghantarkannya kepada sebuah keberhasilan. Hal paling penting yang diperlukan adalah fokus. Maka keberhasilan itu akan datang pada kita,” ujarnya. (h/mg-sci)