Kedua, sambung Badrul, pola gempa yang terjadi yang bersumber di megathrust Mentawai tetap atau konstan sehingga akumulasi dari energi yang lepas cukup untuk menghabiskan energi yang tersisa sampai 50 tahun ke depan.
“Tapi kembali kita harus diikuti terus oleh kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi yang lebih besar melalui peningkatan pemahaman oleh pemerintah dan stakeholder terkait,” ujarnya.
Badrul mengatakan, Indonesia dan Sumbar secara khusus perlu untuk belajar lebih banyak dari Jepang dalam memperkuat mitigasi gempa. Hal ini terlihat bagaimana Jepang meminimalisir dampak kerusakan dan korban dari gempa magnitude 7,6 pada Senin kemarin.
“Jepang yang memiliki tingkat kerawanan yang lebih tinggi terhadap gempa bumi, juga tsunami, dapat menekan risiko dengan sangat baik melalui peningkatan kapasitas SDM dan bantuan alat/teknologi berkat kemajuan IPTEK dalam masalah kegempaan ini,” katanya.
Sebelumnya, Koordinator Data dan Informasi BMKG Padang Panjang, Hamdy Arifin menyampaikan wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya diguncang gempa bumi sebanyak 768 kali gempa sepanjang 2023.
768 gempa tersebut, 33 kali gempa diantaranya dirasakan oleh masyarakat. Kemudian gempa berkedalaman dangkal (kurang dari 60 km) sebanyak 642 kali. Gempa kedalaman menengah (60 km sampai 300 km) sebanyak 118 kali dan gempa dalam (di atas 300 km) sebanyak 8 kali.