PADANG, HARIANHALUAN.ID – Pengamat Pertanian dari Universitas Muhammadiyah (UM) Sumbar, Dr. Ir H Firman Hidayat MT menilai, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani, pemerintah daerah harus mulai melakukan penataan ulang tata niaga pemasaran komoditas pertanian.
Firman Hidayat mengatakan, strategi itu bisa dilakukan dengan cara menyiapkan suatu sistem informasi pasar berbasis digital yang menggambarkan kondisi real pasokan dan permintaan pasar terhadap produk-produk pertanian secara real time.
“Agar petani benar-benar menikmati jerih payahnya, mereka harus tahu perkembangan situasi pasar menit per menit. Apalagi saat ini sudah ada teknologi informasi yang memungkinkan petani berpacu dengan waktu,” ujarnya kepada Haluan Kamis (11/1).
Ia menjelaskan, rendahnya harga jual komoditas pertanian di tingkat petani saat ini, disebabkan karena tidak terkendalinya jumlah pasokan barang produk pertanian yang masuk ke pasar. Kondisi itu menyebabkan harga jual komoditas pertanian akhirnya malah dikendalikan oleh pedagang, toke, bahkan tengkulak, yang notabene lebih menguasai kondisi pasar beserta fluktuasi harga daripada kalangan petani.
Atas dasar itu, menurut Firman Hidayat, penting bagi pemerintah daerah untuk mulai menciptakan suatu sistem informasi pasar berbasis pasar yang memberikan gambaran jelas kepada petani terkait dengan situasi ketersediaan komoditas pasaran.
“Saat ini di beberapa pasar memang telah ada daftar harga, namun itu tidak bisa menggambarkan situasi riil apakah kondisi pasar sudah jenuh atau belum. Nah, jika petani bisa mengetahui kondisi ini, mereka tentu punya pilihan kemana komoditas taninya hendak dipasarkan,” ungkap Firman Hidayat.
Firman Hidayat menegaskan, pengalokasian APBD yang cukup besar bagi sektor pertanian, harus diikuti dengan lahirnya kebijakan dan program-program luar biasa yang dampaknya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat petani.
Salah satu gerakan ideal sektor pertanian yang perlu ditiru dan dicontoh pemerintah daerah, adalah pelaksanaan program Basawah Bapokok Murah yang saat ini sedang digencarkan oleh Ir Djoni di beberapa daerah.
Dijelaskannya, gerakan Sawah Bapokok Murah adalah salah satu metode pertanian yang berhasil menekan dan memangkas biaya produksi, namun bisa meningkatkan hasil produksi. “Saya melihat, Sawah Bapokok Murah itu sejalan dengan ilmu dan teori. Yaitu jika memang tidak mungkin bagi kita untuk meningkatkan harga, maka turunkanlah biaya produksi sehingga petani masih bisa menikmati hasil usaha mereka,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Pengamat dan Praktisi Pertanian, Ir. Djoni, mengatakan, gagasan utama dirinya menciptakan inovasi Bersawah Pokok Murah cukup sederhana. Karena katanya, terlampau rumitnya berusaha tani. Menurutnya situasi yang sulit bagi petani membuatnya melahirkan gagasan tersebut..
Bersawah Pokok Murah, katanya adalah sebuah upaya agar petani mendapatkan keuntungan dari pokok yang seminimal mungkin. Dengan Bersawah Pokok Murah ini, petani tidak perlu lagi membeli pupuk, tidak perlu traktor lagi untuk mengolah tanah sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk beli solar. ”Ditambah lagi beli solar harus pakai surat, tidak ada surat tidak dapat solar. Kalau begitu terus menerus, kapan petani kita akan sejahtera,” ujarnya ketika berbincang dengan Haluan Rabu (27/12) di Padang.
Ia mengatakan, inovasi yang ia gagas juga merupakan upaya dalam mengubah pola pemikiran masyarakat terutama petani dalam menggunakan sumber daya yang tersedia.
“Ini, bagaimana petani akan bertumpu kepada sumber daya lokal. Jangan bertumpu kepada sumber daya orang lain. Saat kita bertumpu kepada sumber daya orang lain, maka keuntungan akan lebih besar kepada orang tersebut,” ujarnya lagi.
Menurutnya, Bersawah Pokok Murah merupakan inovasi yang tepat dalam menghemat biaya dan mempermudah tahapan dan proses dalam bertani. Kalau bersawah pokok murah ini cukup mengolah tanah sebanyak satu kali. Dengan begitu tidak perlu lagi mengolah tanah hingga berkali-kali tanam.
“Kita cukup menanam di bedeng yang sebelumnya diolah. Tanah yang sudah diolah akan diberi pupuk kandang sebanyak satu kilo per meternya. Setelah itu bedeng akan ditutup menggunakan mulsa jerami. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pupuk organik dan mencegah tumbuhnya rumput. Setelah tanah ditutup dengan jerami, baru dilakukan penanaman di sela-sela jerami,” ucapnya. (h/fzi)