Pendarahan Hebat Ibu Hamil Beresiko Kematian, HKFM Padang dan RS Unand Gelar Symposium Placenta Accreta Spectrum

HARIANHALUAN. ID – Himpunan Kedokteran Fetomaternal (HKFM) Padang berkolaborasi dengan Rumah Sakit (RS) Unand menggelar symposium dan workshop bertajuk Placenta Accreta Spectrum, Sabtu (20/1) dan Minggu (21/1).

Direktur Utama RS Unand, Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B, Sp.U (K), M.Kes mengatakan Placenta Accreta menjadi isu yang urgen diangkatkan sebab Angka Kematian Ibu (AKI) yang meningkat, salah satu penyebabnya Placenta Accreta atau bahasa awamnya pendarahan hebat pada ibu hamil.

“Melalui kegiatan ini kita berharap RS Unand berkontribusi untuk masyarakat Sumbar khususnya dan Indonesia umumnya. Karena kita punya pakar-pakar di bidang placenta ini. Kalau placenta accreta ini dibiarkan akan membuat pendarahan hebat. Tentu menyebabkan AKI dan janin tidak bisa diselamatkan,” ujarnya.

Pada hari pertama, dr. Yevri menyebut antusiasme peserta sangat luar biasa.

“Lebih dari 250 peserta ikut. IBI juga menyuruh anggota di cabangnya ikut. Begitu juga dokter spesialis, kebidanan, Fetomaternal, bidan, dokter umum, ada juga peserta dari Surabaya, Bandung yang ikut,” ujarnya.

RS Unand, sambungnya juga sudah dilengkapi alat dan SDM yang lengkap, sehingga jika pasien datang pihaknya sudah siap mepayani dengan maksimal.

“Kita juga sudah sounding (menyuarakan) ke Dinkes Provinsi hingga Gubernur, supaya tidak perlu lagi rujukan berjenjang. Sebab kalau terlambat penanganannya bisa menyebabkan kematian,” tuturnya.

Setelah symposium juga akan diadakan workshop dengan 20 peserta, dengan melalukan praktek, dicobakan langsung kalau ada pasiennya, kalau tidak ada dengan live video.

“Bagaimana cara menjahit dan sebagainya, kalau ada pasien, langsung dioperasi. Intinya target pelayanan pada masyarakat kita utamakan,” ujarnya.

RS Unand yang saat ini menjadi satu-satunya RS Tipe B di Kota Padang berharap menjadi rujukan untuk penanganan kasus ini di Sumbar.

Ditempat yang sama, Ketua HKFM Padang, Prof. Dr. dr. Yusrawati, SpOG, Subsp KFm menambahkan dalam penanganan kasus ini butuh SDM yang berkualitas dan mempuni.

“Kita maunya pasien kesini on time supaya angka kematian bisa dicegah,” ucapnya.

Ia menjelaskan Placenta (ari-ari) Accreta (tidak bisa lepas), sehingga kondisi ari-ari tidak bisa lepas itu menyebabkan pendarahan dalam kehamilan (orang hamil berdarah).

“Semester pertama itu abortus (keguguran). Maka ketika anak dilahirkan, ari-ari tidak lepas terjadi pendarahan hebat. Jika tidak terdeteksi sebelum kehamilan, terjadi pendarahan bisa menimbulkan kematian. Demikian parahnya kita meningkatkan pelayanan masyarakat,” katanya menjelaskan.

Untuk mengatasinya perlu edukasi dan tindakan preventif.

Dikatakannya tenaga medis yang mencurigai ada resiko accreta pada pasien, wajib hukumnya merujuk, karena sangat menakutkan jika tidak terdiagnosa.

Selain paparan dari Ketua HKFM Padang symposium ini turut menghadirkan dua pembicara dari luar negeri yaitu, University of Buenos Aires Argentina, Prof. Palacios Jaraquemada, MD, PhD san dari Santiago de Cali University of Colombia, dr. Albaro Jose Nieto Calvache. Serta dua pematari nasional dari FK Unair/RS Sutomo, dr. Rozi Aditya Aryananda, SpOG, Subsp KFm dan dari FKUI/Divisi Fetomaternal RSCM, Prof. Dr. dr. Noroyono Wibowo, SpOG, Subsp KFm.

Pada kesempatan itu, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah turut membuka kegiatan secara daring.

Mahyeldi mengapresiasi bentuk kepedulian RS Unand kepada kesehatan masyarakat khususnya di Sumbar.

“Pemprov mengucapkan terimakasih kepada panitia dan narasumber. Betapa pentingnya dan prioritasnya keilmuan yang akan didapatkan, dari simposium dan workshop ini. Dengan symposium ini dapat mengurangi permasalahan-permasalahan kesehatan di Indonesia dan Sumbar khususnya,” ujarnya. (h/yes)

Exit mobile version