PESISIR SELATAN, HARIANHALUAN.ID — Raut muka sedih tak bisa disembunyikan Rya (24), warga Kampung Ampalu, Nagari Ganting Mudiak Selatan, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan.
Tatapannya kosong dan sesekali terpecah karena kedatangan tim yang mengantarkan bantuan. Rya masih belum percaya akan kehilangan suami dan lima orang keluarga yang menjadi korban banjir bandang dan longsor Kamis (7/3) lalu. Pilunya lagi, ia saat ini harus tinggal di tenda karena rumahnya juga roboh diterjang banjir dahsyat saat itu.
Rya berkisah, saat terjadinya hujan lebat dirinya bersama putri tercintanya Fania (4) dan ibunya Tamhelni (50) berada di rumahnya di Kampung Ampalu. Sedangkan sang suami, Isum (25) pergi bekerja di ladang gambir milik keluarga suaminya di Kampung Langgai yang berjarak lebih kurang 23 kilometer dari rumahnya.
Suaminya sering tidur di rumah keluarganya kalau pergi berladang karena memang lokasi rumah cukup jauh dan akses jalan yang belum diaspal, sehingga dirinya tidak begitu khawatir dan tidak mendapat firasat apapun kalau suaminta tak pulang. Saat terjadi hujan hari itu, suami pergi istirahat ke rumah keluarganya dan belum sempat pulang ke rumah.
“Abang pai kojo mangampo di parak gaeknyo. Lah siap manggapo pai lalok di tampek gaeknyo. Alun adoh pulang ka rumah lai. Abang acok lalok di situ. (Suami pergi kerja panen gambir di ladang orang tuanya. Setelah itu pergi istirahat. Belum sempat pulang ke rumah. Suami sering tidur di rumah orang tuanya),” ujarnya dengan mata berkaca-kaca ketika ditemui Haluan di tenda Sabtu (16/3) Kampung Ampalu, Nagari Ganting Mudiak Selatan, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan.
Rya menyebut, saat itu belum ada mendapatkan kabar kalau ada orang yang tertimbun akibat bencana longsor di Kampung Langgai. Pasalnya, ketika kejadian, ia bersama keluarganya di Kampung Ampalu juga tengah berjuang karena air tiba-tiba naik hingga masuk rumahnya.