Penebangan Hutan, Satwa Liar di Mentawai Terancam Kehilangan Habitat

Penebangan hutan

HALUANNEWS, MENTAWAI — Rencana masuknya perusahaan kayu di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat (Sumbar), bakal berdampak buruk bagi satwa liar yang hidup di tengah hutan belantara Mentawai. Pasalnya, penebangan hutan akan mengancam habitat hewan-hewan yang ada tersebut.

Ketua Ormas Malinggai Uma Tradisional Mentawai yang bergerak di bidang penyelamat satwa liar dan budaya Mentawai, Dami kepada Harianhaluan.id, Senin (16/5/2022) mengatakan, kedatangan perusahaan kayu bakal membawa petaka bagi satwa yang ada di sekitarnya.

“Kabarnya akan masuk perusahaan kayu di Dusun Toloulaggo, Desa Katurei, Kecamatan Siberut Barat Daya. Kawasan itu sudah masuk di area habitat satwa liar, di luar kawasan hutan taman nasional yang dilindungi, tentu saja habitat satwa liar yang ada di sana akan terganggu,” ujarnya.

Ia menyebutkan, pihaknya akan berupaya mencegah jangan sampai perusahaan kayu masuk di kawasan hutan tempat satwa liar berlindung tersebut. Sebab, hal itu akan bisa menyebabkan satwa-satwa langka yang ada di kawasan tersebut menjadi punah.

“Kemana lagi satwa langka ini berlindung, kalau rumahnya diganggu. Kita saja sebagai manusia kalau tempat kita diusik orang lain bagaimana, tentu kita juga terganggu, ini tidak bisa kita biarkan, “ ucapnya.

Dami menyebutkan, ada beberapa jenis monyet atau beruk yang hidup di hutan belantara Kecamatan Siberut Barat Daya. Di antaranya bilou, simakobu, bokkoi dan joja. Satwa-satwa liar ini termasuk primata arboreal yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan.

“Kita memohon kepada pemerintah pusat agar tidak mengeluarkan izin kepada perusahaan yang akan mengelola kayu di Tololanggo, kalaupun sudah dikeluarkan mohon dicabut,” katanya.

Menurutnya, ada dua kawasan hutan tempat biasa satwa liar bermain dan berlindung, satu di Dusun Toloulaggo Siberut Barat Daya, dan satu Dusun Bekkeiluk, Desa Muntei, Siberut Selatan.

Lokasi tersebut juga seringkali dijadikan sebagai daerah tujuan kunjungan oleh wisatawan pecinta alam dan satwa liar.

“Kalau bisa kan bukan perusahaan kayu yang masuk, tetapi tempat tersebut dikelola jadi kawasan wisata alam tempat melihat satwa-satwa liar Mentawai. Itu akan mendongkrak perekonomian masyarakat dan tidak merusak alam,” ujarnya menutup. (*)

Exit mobile version