Ketiadaan program penguatan mitigasi dan pengurangan resiko bencana bagi masyarakat ini, sangat kontras dan sangat disayangkan sekali.
Apalagi mengingat Sumbar baru saja ditunjuk pemerintah pusat sebagai tuan rumah penyelenggaraan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) pada bulan April lalu. Namun saat itu, tema besar yang diangkat malah soal bencana gempa dan tsunami.
“Kan lucu, yang berstatus siaga adalah gunung Marapi, tapi latihan kesiapsiagaannya tentang gempa dan Tsunami. Jadi memang kita tidak tepat dalam menangani ancaman bencana yang ada. Ini yang kita sayangkan,” ucapnya.
Ia menyayangkan pengabaian resiko bencana ini. Padahal, terjangan bencana banjir lahar dingin yang melanda daerah Bukik Batabuah Kabupaten Agam di bulan April lalu, harusnya bisa membuat pemerintah daerah lebih Aware atau lebih siap dalam menghadapi potensi ancaman bencana lanjutan Gunung Marapi.
Banyaknya jumlah korban jiwa yang direnggut oleh bencana banjir bandang lahar dingin kali ini, mengindikasikan pemerintah abai dan tidak peka dalam merespon potensi bencana yang sudah ada di pelupuk mata.
Sebab menurutnya, apabila bencana seperti ini tidak disikapi dan diurus dengan serius, maka ancamannya akan semakin membesar dan meluas. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah Nagari yang menjadi korban dahsyatnya terjangan banjir bandang aliran lahar dingin Marapi kali ini.