PADANG, HARIANHALUAN.ID — Ketua Bundo Kanduang Puti Reno Raudha Thaib, membangun Sumbar itu ibarat membangun rumah gadang. Saat kita ingin membangun rumah gadang, perlu perencanaan, pemilihan bahan yang bagus, pemilihan tanah dan lokasi yang tepat.
“Hal itu penting agar pembangunan itu benar dan tidak menyalahi hukum alam,” kata Bundo, sapaan akrab Ketua Bundo Kanduang ini.
Selain itu yang tak kalah penting bagaimana pondasi rumah gadang itu harus kuat agar seluruh bangunan rumah tidak runtuh dan asal-asalan.
“Intinya pondasi itu akhlakul karimah (akhlak yang baik) berlandaskan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Syarak Mangato Adat Mamakai. Bahkan menjadi Undang-undang, visi misi setiap kepala daerah. Namun bagaimana implementasinya, itu yang harus dikuatkan,” ujar Bundo.
ABS-SBK seyogyanya harus benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya slogan yang dipakai ketika perlu saja.
Landasan ABS-SBK juga seharusnya diaplikasikan terlebih dahulu oleh para pemimpin yang membawa slogan tersebut. Agar nilai-nilainya menjadi contoh bagi generasi-generasi selanjutnya di Minang Kabau.
“Pemimpin jadi conoth, teladan. Orang tua berperan mengajarkan dari lingkup terkecil yaitu keluarga dari sedini mungkin bahkan saat anak masih dalam kandungan,” jelasnya.
Dikatakannya ABS-SBK itu ditanamkan dari berbagai hal-hal kecil di setiap kehidupan.
“Mulai dari cara berpakaian, makan, duduk semua ada aturannya. Bisa kita lihat sekarang banyak nilai-nilai itu tidak adalagi,” katanya.
Bundo mencontohkan seperti makan yang ada aturannya. Makan itu perlu adab, anak-anak harus tertib saat makanan itu masuk kedalam perutnya.
Nilai-nilai inilah yang harus dipahami dan diajarkan orang tua. Agar generasi yang ditinggalkan nanti tidak lupa adab.
“Kita juga menyayangkan banyak orangtua sekarang abai dalam mengajarkan nilai-nilai itu. Termasuk berpakaian. Seperti apa perempuan minang itu seharusnya berpakaian, bagaimana menjaga malu di sosial media, bersikap dan bertutur tidak hanya mengikuti trend-trend yang sedang berkembang,” ucap Bundo.
Bahkan beberapa fenomena perilaku menyimpang seperti narkoba yang kian marak, LGBT terang-terangan, kasus HIV/AIDS yang memprihatinkan, masjid megah namun sepi patut menjadi evaluasi.
Sebab konsep kearifan lokal ada dan sejalan dengan konsep alam yang selalu berada dalam keseimbangan. Nilai-nilai itu hilang maka rusak juga tatanan keseimbangan alam.
“Nampaknya seakan tidak berkaitan. Namun seperti sehelai rumput saja diganggu maka keseimbangan alam akan terganggu. Jika perangai manusia tidak sesuai tentu alam akan melawan,” tuturnya.
Bundo menegaskan membawa Sumbar bangkit bukan hanya menjadikan ABS-SBK itu sebagai slogan, tapi harus benar-benar dibawa dalam segala aspek kehidupan. (*)