PADANG, HARIANHALUAN.ID – Operasi SAR pencarian korban banjir lahar dingin atau Galodo Marapi di Kabupaten Tanah Datar,resmi ditutup, Sabtu (8/6). Sebanyak 10 korban banjir lahar dingin masih belum ditemukan.
“Hasil kesepakatan dari pihak keluarga dengan Bupati, tim SAR gabungan serta dari perangkat nagari. Dengan tidak adanya tanda-tanda keberadaan korban, oleh karena itu operasi SAR sudah tidak efektif lagi dan operasi SAR resmi ditutup,” ujar Kepala Kantor SAR Padang, Abdul Malik, Sabtu(8/6).
Abdul Malik mengatakan, seluruh unsur yang terlibat dalam operasi SAR telah kembali ke kesatuan masing-masing. Penutupan bertepatan dengan berakhirnya masa tanggap darurat bencana yang dimulai sejak 11 Mei sampai 8 Juni 2024, penutupan ini sesuai dengan SK Bupati Tanah Datar No: 100.3.3.2/189/BPBD-2024 tentang status tanggap darurat bencana banjir lahar dingin, banjir bandang dan longsor di Kabupaten Tanah Datar.
“Pada pukul 09.00 WIB dilakukan debriefing, unsur-unsur yang terlibat dikembalikan ke kesatuan masing-masing,” ujarnya.
Berdasarkan data dari Basarnas Kota Padang, jumlah korban bencana alam tersebut totalnya sebanyak 63 orang. 60 orang sudah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. Sedangkan tiga orang lagi belum teridentifikasi karena hanya potongan bagian tubuh dan sudah diserahkan ke Dinas Sosial untuk dimakamkan.
Dari jumlah 63 tersebut, korban terbanyak di Kabupaten Tanah Datar sebanyak 32 orang, yang tidak ditemukan sebanyak 10 orang. Lalu Kabupaten Agam dengan jumlah korban 24 orang, semuanya ditemukan. Kota Padang Panjang meninggal dua orang dan Kota Padang dua orang.
Selain itu, bencana Galodo Marapi membuat 4.064 orang mengungsi dan mengakibatkan 1.110 unit rumah rusak berat. Terjangan banjir bandang juga berdampak terhadap 1.210 rumah, 15 unit sarana pendidikan, dua unit sarana kesehatan, serta 28 unit rumah ibadah.
Termasuk juga dua unit bangunan lainnya, 227 unit sarana perdagangan, 1.202 unit irigasi, 23 unit PDAM/pamsimas, 55 unit jembatan, 54 titik jalan raya.
Galodo Marapi juga mematikan 27.320 ternak masyarakat berbagai jenis serta menghancurkan lebih kurang 908.003 hektare lahan pertanian. Total angka kerugian sementara diperkirakan mencapai Rp516.825.216.036 (*)