Ia mencontohkan seperti Ismet Amzis dengan gayanya seorang birokrat, Ramlan Nurmatias dengan gayanya seorang pengusaha, dan Erman Safar dengan gayanya seorang politisi. Dari ketiga pemimpin tersebut tentu kebijakan yang dibuat berbeda beda pula meski ada plus minusnya.
“Saya Ingin merangkum plusnya itu dan menghilangkan minusnya. Artinya poin poin yang terbaik dari para pemimpin sebelumnya kita ambil, dan sisi negatifnya kita hilangkan dengan menghadirkan solusi yang terbaik dan berkeadilan bagi warga Bukittinggi,” ucap Heri Tito Rinaldi.
Ia mengaku jika diberi amanah untuk memimpin kota Bukittinggi, banyak konsep yang akan dilakukan agar Bukittinggi lebih baik dari sekarang. Sejumlah persoalan yang ada akan diselesaikan dengan menghadirkan solusi yang terbaik bagi masyarakat, baik itu masalah penataan kota, pasar PKL, pariwisata, dan lainnya.
Selain itu bagaimana meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bukittinggi. Sebagai kota kunjungan wisata di Sumbar, pemerintah daerah tentu harus bisa membuat program bagaimana wisatawan yang datang merasa betah, aman dan nyaman, sehingga mereka berulang ulang datang ke Bukittinggi dan menghabiskan uang untuk berbelanja di Kota Bukittinggi.
“Kita ingin bagaimana pembangunan Kota Bukittinggi terkonsep dengan pemikiran yang ilmiah. Nantinya akan ada tim yang akan membantu saya untuk melakukan percepatan pembangunan Bukittinggi. Tim ini nantinya yang akan melakukan kajian, seperti pembangunan apa yang dibutuhkan di Bukittinggi,” ucapnya.
Terkait dengan masalah PKL ulasnya, konsepnya adalah penataan bukan disingkirkan. Artinya bagaimana PKL ini tetap bisa berdagang tanpa mengganggu kenyamanan dan ketertiban kota. Contohnya PKL tetap berdagang tapi kotanya tetap indah, rapi dan nyaman. Jika PKL ini memang harus dipindahkan konsepnya adalah equality before the law.