PADANG, HARIANHALUAN.ID – Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO) Sumatra Barat mencatat, kejadian bencana yang terjadi di beberapa Kabupaten Kota beberapa waktu lalu, berpengaruh signifikan terhadap perjalanan wisatawan ke Sumatra Barat.
Ketua ASTINDO Sumbar Nasirman Chan menyebut, kerusakan ruas jalan nasional Lembah Anai, bahkan harus memaksa pelaku usaha Tour And Travel di Sumatra Barat untuk menaikkan tarif perjalanan wisata sekitar 15 persen.
“Kami terpaksa menaikkan tarif sewa bis. Sebab biaya BBM meningkat karena jarak yang juga bertambah jauh. Kenaikan tarif terpaksa kami lakukan sekitar 15 persen dibandingkan hari biasa,” ujarnya disela konferensi pers yang digelar Diskominfotik Sumbar Jumat (21/6).
Selain terpaksa menaikkan tarif karena jarak perjalanan yang bertambah jauh karena harus melewati jalur alternatif Malalak, Nasirwan juga mengakui bahwa jumlah perjalanan wisatawan saat ini juga mengalami penurunan sekitar 30 persen pasca bencana.
Oleh karena itu, ia mendukung langkah Pemprov Sumbar untuk memberikan penjelasan kepada publik bahwasanya sektor pariwisata Sumbar kini telah bangkit dan pulih.
Sebab dari awal, pemberitaan seputar bencana yang melanda Sumbar, harus diakui cukup memberikan dampak negatif terhadap minat kunjungan wisatawan ke Sumatra Barat.
“Disamping itu, BMCKTR perlu segera melakukan perbaikan jalan di simpang Malalak sampai simpang Padang Lua. Sebab disanalah satu-satunya jalan alternatif yang tersedia,” ungkapnya.
Nasirwan Chan menyarankan, untuk mewujudkan wisata aman dan nyaman di Sumbar pasca bencana, lampu penerangan di jalur alternatif Malalak-Sicincin perlu ditambah agar lebih aman dilalui kendaraan.
Selain itu, didaerah itu juga perlu dilakukan penempatan petugas. Sebab kenyataannya, didaerah itu masih sering terjadi kecelakaan karena sopir belum terlalu familiar dengan jalur tersebut.
“Koordinasi antar instansi ini harus ditingkatkan. Utamanya dengan pemerintah kabupaten Agam untuk di jalur Malalak –Sicincin,” tegasnya.
Disisi lain, Dinas Perhubungan Sumbar juga harus terus memassifkan pengawasan dan pengecekan terhadap kelaikan seluruh kendaraan angkutan massal yang melalui jalur alternatif Malalak
“Entah itu melakukan Ramp Check, pengecekan KIR atau sebagainya. Yang jelas, standar keamanan mobil pariwisata itu beda dengan mobil biasa. Ini yang harus benar-benar diperhatikan dan diawasi,” tegasnya.
Ia menegaskan, ketersediaan peralatan kemananan di bus-bus pariwisata, adalah hal yang paling krusial untuk mewujudkan berwisata aman dan nyaman di Sumatra Barat.
Sebab kenyataan saat ini, masih banyak bus-bus pariwisata yang beroperasi tanpa mematuhi standar kelayakan. Kondisi ini berpotensi membayakan nyawa penumpang
“Pengawasan harus detail sampai ke teknis. Namun saat ini, masih banyak bermunculan bus pariwisata yang beroperasi tapi tidak berizin. Tidak punya legalitas. Ini yang harus benar-diperhatikan,” ucapnya.
Ia juga menyarankan, Dinas Perhubungan harus punya mekanisme reward dan kategorisasi kepatuhan bagi pengusaha bus yang mematuhi standar keamanan bagi penumpang.
“Artinya, untuk mewujudkan wisata aman dan nyaman ini, ada tiga tiga aspek yang perlu diperhatikan. Yaitu kendaraan, jalan dan SDM sopir. Ini perlu ditunjang dengan adanya reward setiap tahun sebagai stimulusnya,” pungkasnya. (*)