Angka Perceraian Meningkat Akibat Toxic People

PADANG, HARIANHALUAN.ID- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto mengatakan angka perkawinan usia anak menurun namun angka perceraian meningkat.

Ia menilai, hasil intervensi yang dilakukan setiap hari membuahkan hasil yang semakin membaik terhadap penurunan perkawinan usia anak.

“Perkawinan usia anak mengalami penurunan secara signifikan yaitu 6,92 persen. Termasuk menurun dispensasi nikahnya, dari hari ke hari faktor yang membuat upaya menekan stunting membaik,” tuturnya.

Namun, di sisi lain jelas dia, angka perceraian terus meningkat.

“Kita perlu prihatinangka perceraian meningkat dan bahkan terakhir mencapai 516.344 kasus perceraian. Saya kira ini perlu mendapat perhatian kita semua di Hari Keluarga ini,” katanya, Sabtu, (29/6/2024).

Latar belakang perceraian, menurut dokter Hasto, karena banyaknya ‘toxic people’, toxicrelationship’, ‘toxic friendships’ yang akhirnya di dalam keluarga terjadi uring-uringan.

“Sehingga akhirnya bercerai, mayoritas karena perbedaan kecil-kecil yang berkepanjangan,” jelasnya.

Menurut Hasto, bangsa ini pelan-pelan sudah meninggalkan puncak bonus demografi,dan tahun 2035 bangsa ini sudah harus menanggung beban para lansia yang jumlahnya tidak sedikit.

“Semoga dengan waktu 10-15 tahun kita bisa mentransformasikan bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan dan kita bisa keluar dari ‘middle income trap’ (MIT),” ujar dokter Hasto.

MIT adalah sebuah kondisi di mana negara-negara berpendapatan menengah sulit meningkatkan posisi mereka ke pendapatan tinggi. Sesuai arahan Presiden Jokowi untuk membangun bangsa dan negara harus dimulai dari keluarga.

Begitu juga Kampung Keluarga Berkualitas(KB) harus ada di seluruh Indonesia. Artinya, semua desa menjadi Kampung Keluarga Berkualitas. Ukuran kualitas keluarga ditentukan tiga hal yaitu tenteram, mandiri dan bahagia. (*)

Exit mobile version