TANAH DATAR, HARIANHALUAN.ID — Kendati status Gunung Marapi sudah turun dari Level III (Siaga) ke Level II (Waspada), namun bukan berarti masyarakat bisa sepenuhnya bernapas lega. Dengan masih adanya potensi erupsi dan masih mengendapnya sekitar 500 ribu hingga satu juta kubik material vulkanik di hulu sungai Gunung Marapi, masyarakat tetap perlu mewaspadai kemungkinan kembali terjadinya banjir lahar dingin.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, secara visual pada satu minggu terakhir (23-30 Juni 2024), asap kawah utama Gunung Marapi terlihat berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis dan tebal di ketinggian 100-300 meter di atas puncak gunung.
Secara kegempaan, dalam rentang waktu satu minggu terakhir didominasi oleh gempa hembusan. Sedangkan gempa erupsi atau letusan terekam rendah. Untuk gempa permukaan, sejak dua minggu terakhir juga tergolong rendah.
“Ditinjau dari penginderaan jauh menggunakan satelit, Badan Geologi melihat laju emisi atau fluks gas SO2 di Gunung Marapi memperlihatkan penurunan yang relatif stabil dalam kuantitas rendah di bawah 300 ton per hari sejak awal Mei lalu. Ini mengindikasikan bahwa pasokan magma dari kawah gunung sudah mulai berangsur turun atau menipis,” kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid pada Selasa (2/7).
Namun begitu, potensi erupsi masih akan tetap terjadi. Ini sebagai bentuk pelepasan dari sisa energi untuk menuju kondisi kesetimbangan. Kalau pun terjadi erupsi, diperkirakan hanya menimbulkan dampak skala kecil dengan potensi bahaya lontaran di radius 3 kilometer dari pusat kawah.
“Untuk sebaran abu erupsi dapat terjadi sesuai dengan arah dan kecepatan angin. Namun demikian, material erupsi atau letusan yang jatuh dan sudah terendap di bagian puncak Gunung, masih berpotensi menjadi lahar ketika bercampur dengan air hujan,” kata Wafid,.