Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi Masih Mengancam, Satu Juta Kubik Material Vulkanik “Bersarang” di Hulu

Satu unit alat berat sedang bekerja mengeruk Batang Katik dari endapan material pasir, Kamis (20/6). IST

TANAH DATAR, HARIANHALUAN.ID — Kendati status Gunung Marapi sudah turun dari Level III (Siaga) ke Level II (Waspada), namun bukan berarti masyarakat bisa sepenuhnya bernapas lega. Dengan masih adanya potensi erupsi dan masih mengendapnya sekitar 500 ribu hingga satu juta kubik material vulkanik di hulu sungai Gunung Marapi, masyarakat tetap perlu mewaspadai kemungkinan kembali terjadinya banjir lahar dingin.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, secara visual pada satu minggu terakhir (23-30 Juni 2024), asap kawah utama Gunung Marapi terlihat berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis dan tebal di ketinggian 100-300 meter di atas puncak gunung.

Secara kegempaan, dalam rentang waktu satu minggu terakhir didominasi oleh gempa hembusan. Sedangkan gempa erupsi atau letusan terekam rendah. Untuk gempa permukaan, sejak dua minggu terakhir juga tergolong rendah.

“Ditinjau dari penginderaan jauh menggunakan satelit, Badan Geologi melihat laju emisi atau fluks gas SO2 di Gunung Marapi memperlihatkan penurunan yang relatif stabil dalam kuantitas rendah di bawah 300 ton per hari sejak awal Mei lalu. Ini mengindikasikan bahwa pasokan magma dari kawah gunung sudah mulai berangsur turun atau menipis,” kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid pada Selasa (2/7).

Namun begitu, potensi erupsi masih akan tetap terjadi. Ini sebagai bentuk pelepasan dari sisa energi untuk menuju kondisi kesetimbangan. Kalau pun terjadi erupsi, diperkirakan hanya menimbulkan dampak skala kecil dengan potensi bahaya lontaran di radius 3 kilometer dari pusat kawah.

“Untuk sebaran abu erupsi dapat terjadi sesuai dengan arah dan kecepatan angin. Namun demikian, material erupsi atau letusan yang jatuh dan sudah terendap di bagian puncak Gunung, masih berpotensi menjadi lahar ketika bercampur dengan air hujan,” kata Wafid,.

Walaupun status erupsi Gunung Marapi sudah diturunkan satu level, menurut Wafid, potensi banjir lahar masih bisa terjadi disertai potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2 dan H2S yang ada di area kawah.

“Masyarakat yang bermukim di sekitar bantaran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar tetap mewaspadai potensi dan ancaman banjir lahar saat musim hujan,” ucap Wafid.

Badan Geologi juga merekomendasikan masyarakat dan pengunjung Gunung Marapi tidak memasuki dan melakukan aktivitas pada radius 3 kilometer dari pusat aktivitas erupsi.

Hal senada juga disampaikan Petugas Pos PGA Gunung Marapi, Ahmad Rifandi. Ia menuturkan, saat ini diperkirakan masih terdapat sekitar 500 ribu hingga satu juta meter kubik material vulkanik yang menumpuk di bagian hulu gunung api tersebut.

Mengingat masih besarnya volume tumpukan material vulkanik, PGA Gunung Marapi mengimbau dan mengingatkan masyarakat untuk tetap mematuhi seluruh rekomendasi yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Salah satu rekomendasi terpenting ialah masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, bantaran, aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar tetap mewaspadai potensi dan ancaman bahaya lahar atau banjir lahar yang dapat terjadi terutama saat musim hujan.

Selain tumpukan material vulkanik di sekitar gunung api tersebut, PGA Gunung Marapi juga melaporkan masih terdapat gas-gas vulkanik beracun seperti CO2, CO, SO2, dan H2S di area kawah atau puncak Gunung Marapi. Akan tetapi, gas beracun tersebut masih berada di sekitar kawasan puncak atau kawah gunung api setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut. “Hingga saat ini gas beracun masih menumpuk di bagian puncak gunung dan belum terpantau sampai turun ke bawah,” ujarnya.

Sebelumnya, PVMBG) menyatakan, status Gunung Marapi turun dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada). Kendati demikian, masyarakat tetap diimbau mewaspadai potensi erupsi.

Kepala PVMBG, Hendra Gunawan menyebut, berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh, terhitung 1 Juli 2024 pukul 15.00 WIB tingkat aktivitas Gunung Marapi diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada).

PVMBG juga mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Pertama, masyarakat di sekitar gunung, pendaki/pengunjung/wisatawan diminta tidak memasuki dan berkegiatan di dalam wilayah radius tiga kilometer dari pusat aktivitas (kawah verbeek).

Kedua, masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/bantaran/aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi diimbau tetap mewaspadai potensi dan ancaman bahaya lahar atau banjir lahar yang dapat terjadi terutama saat musim hujan. Jika terjadi hujan abu, masyarakat juga diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut guna menghindari gangguan saluran pernapasan akut (ISPA).

Selain itu, PVMBG juga meminta semua pihak menjaga suasana yang kondusif di masyarakat dengan tidak menyebarkan narasi bohong (hoaks), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

Bupati Tanah Datar, Eka Putra juga meminta masyarakat untuk mematuhi semua rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG tersebut. “Meskipun hasil analisis dan evaluasi menyatakan status Gunung Marapi diturunkan dari level Siaga menjadi level Waspada masyarakat harus mengikuti aturan yang direkomendasikan,” katanya, seperti dilansir dari laman resmi Pemkab Tanah Datar pada Selasa (7/2).

Ia mengatakan, masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi Gunung Marapi melalui website Badan Geologi di https://geologi.esdm.go.id  dan website PVMBG di https://vsi.esdm.go.id.

Selain itu, masyarakat juga memantau melalui aplikasi Magma Indonesia yang dapat diunduh di Google Play Store atau melalui laman https://magma.esdm.go.id serta melalui media sosial PVMBG (Facebook, Twitter, dan Instagram) di @pvmbg_. (*)

Exit mobile version