PADANG, HARIANHALUAN.ID— Pemerintah Provinsi Sumatra Barat atau Pemprov Sumbar menyiapkan sejumlah langkah mitigasi dalam mengantisipasi gagal panen akibat musim kemarau.
Sekretaris Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan (Distanhorbun) Sumbar, Ferdinal Asmin menyebut, perkiraan terjadinya musim kemarau memang sempat menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya penurunan produksi sejumlah komoditas hasil pertanian utama Sumbar akibat kekeringan.
“Beberapa hari lalu kami memang mengkhawatirkan terjadinya kekeringan yang dapat berpengaruh terhadap produksi hasil pertanian. Namun alhamdulillah, beberapa hari ini hujan sudah mulai turun,” ujarnya Minggu (4/8).
Ia menyebut, sebelum turunnya hujan pada awal bulan Agustus lalu, pihaknya memang telah menerima laporan terkait terjadinya kekeringan yang terjadi di beberapa daerah seperti di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) dan kawasan Bungus, Kota Padang.
“Namun begitu, satu hari setelahnya hujan mulai turun. Kami memang khawatir dengan terjadinya kekeringan karena bisa mengganggu produksi. Tapi kita optimis untuk produksi komoditas utama seperti padi tetap stabil,” katanya.
Berdasarkan data Distanhorbun Sumbar, produksi padi Sumbar saat ini tercatat mencapai angka 775.000 ton Gabah Kering Giling (GKG). Pada akhir tahun 2024 nanti, jumlah produksi padi Sumbar ditargetkan meningkat hingga 1,5 juta ton GKG. “Mudah-mudahan target itu bisa tercapai dan melebihi realisasi produksi padi Sumbar pada 2023 lalu,” katanya.
Di sisi lain, seiring munculnya perkiraan terjadinya musim kemarau di Sumbar, Distanhorbun Sumbar telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi. Hal itu bertujuan untuk menjaga produksi hasil pertanian Sumbar tidak terganggu dan tetap stabil.
Adapun upaya yang telah dilakukan sejauh ini ialah dengan menjamin aktivitas budidaya yang dilakukan oleh masyarakat petani tetap berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya.
Hal itu dilakukan dengan sejumlah upaya yang masih terus dilakukan seperti menyalurkan bantuan benih unggul kepada petani, serta memastikan ketersedian infrastruktur pengairan atau irigasi yang cukup dan memadai.
“Kami juga masih terus melakukan rehabilitasi jaringan irigasi. Termasuk juga saat ini ada program pompanisasi dari Kementerian Pertanian (Kementan),” ucapnya.
Ia menerangkan, program pompanisasi dari Kementan diprioritaskan untuk dilaksanakan di daerah-daerah yang belum memiliki jaringan irigasi teknis yang memadai, tapi memiliki sumber mata air yang dapat dimanfaatkan.
Sejauh ini, Pemprov Sumbar telah menerima alokasi bantuan sebanyak 750 pompa air dari Kementan. Ratusan pompa itu telah mulai disalurkan lewat kelompok-kelompok tani yang tersebar di hampir seluruh kabupaten/kota. (*)