Lanjut ia menyampaikan, bencana terdiri dari dua macam. Ada yang alami, dan ada juga bencana ekologis yang disebabkan oleh aktivitas manusia sendiri.
Bencana banjir bandang yang memutus akses jalan Padang-Bukittinggi beberapa waktu lalu, jelas adalah murni bencana alam yang timbul karena adanya aktivitas erupsi Gunung Marapi, tingginya curah hujan serta rusaknya sejumlah aliran sungai utama di Sumbar.
“Jenis bencana seperti ini jelas tidak bisa kita cegah karena merupakan kehendak tuhan. Tapi yang berbahaya itu, sebetulnya adalah bencana ekologis rakitan yang terjadi karena pembangunan pariwisata yang tidak terkendali,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan, ada konsekuensi yang harus diterima jika geliat pembangunan sektor pariwisata Sumbar saat ini dilakukan tanpa memperhatikan kaedah-kaedah keberlanjutan lingkungan.
Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah daerah harus memastikan tumbuhnya geliat industri pariwisata tidak berlangsung secara ugal-ugalan dan merusak alam. Prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan berwawasan lingkungan, harus benar-benar berjalan dan diawasi dengan ketat.
“Tujuannya untuk mencegah terjadinya bencana ekologis yang dipicu masifnya pertumbuhan usaha pariwisata yang tidak berwawasan lingkungan dan berpotensi menimbulkan ancaman bencana di kemudian hari,” jelasnya.