Seni Pertunjukan “NAFAS”, tentang Hidup yang Dipertanggungjawabkan

Teks foto: Seni pertunjukan “NAFAS” yang dimainkan oleh Filhamzah Group pada FNB3 di Gedung Manti Menuik Ladang Tari Nan Jombang, Padang, Selasa (3/9) kemarin. IST

PADANG, HARIANHALUAN.ID – Di pojok panggung terlihat sebuah piano. Dihampiri seorang penari perempuan yang membawa lilin – langkahnya pelan dan terpaku ke arah piano. Piano pun dimainkan. Disusul beberapa penari pembawa cahaya.

Sorotan cahaya seketika berpindah-pindah, seperti cahaya yang tak terkendali. Sampai meninggali seorang penari – bergerak dinamis dari langkah silek yang dikontemporerkan. Dan dalam geraknya ia melontar “Tuhan berkata: Big Bang”.

Di sinilah dunia dengan kehidupannya dimulai. Big Bang disimbolkan sebagai penanda awal kehidupan. Adam dan Hawa menapaki kakinya ke bumi. Pertanda nafas telah hadir. Ada kehidupan yang harus dipertanggungjawabkan dari nafas yang didapatkan.

Begitulah pengantar karya seni pertunjukan “NAFAS” yang dimainkan Filhamzah Group pada Festival Nan Jombang Tanggal3 (FNB3) di Gedung Manti Menuik Ladang Tari Nan Jombang, Balai Baru, Padang, Selasa (3/9) kemarin.

“Karya NAFAS ini berangkat dari kata nafas itu sendiri. Pemberian nafas kepada manusia, artinya ada hidup yang harus kita pertanggungjawabkan sampai nafas itu tak lagi bersama kita,” kata sang koreografer, Filhamzah.

Dalam konsep penggarapan, jelas Filhamzah, seni pertunjukan “NAFAS” ini adalah sebuah pesan sekaligus pengingat tentang akhir zaman. Dan pengingat akhir zaman itu ditandai dengan adanya nafas sebagai sebuah kehidupan baru, yang mana akhirnya akan menuju akhir zaman.

“Di awal seorang pianis melangkah membawa lilin yang saya artikan sebagai kegelapan sebelum kehidupan baru itu muncul setelah Big Bang. Ini ditandai dengan nafas sebagai penanda kehidupan yang dimulai Adam dan Hawa. Kemudian dialog tentang lahirnya seorang bayi yang dimaksudkan bahwa lahirlah kehidupan baru yang berkembang,” ujarnya.

Setelah nafas itu singgah di tubuh manusia, barulah berbagai perangai atau laku tumbuh dalam kehidupan manusia. Ada yang baik, jahat, jujur, pembohong, bahkan sifat-sifat lain yang akhirnya menjadi pemandu kehidupan manusia. Terkadang dengan hal yang buruk, manusia yang bernafas itu turut menjadi orang yang buruk, dan hal baik menjadikan baik. Atau sebaliknya, dari baik menjadi buruk dan buruk menjadi baik.

“Dalam kehidupan tuhan telah menjanjikan hal yang baik kepada manusianya, tapi manusia dalam mempertanggungjawabkan nafas atau kehidupannya selalu dalam rundung kebohongan, yang pada akhirnya manusia tidak menentu dalam hidupnya,” jelas Filhamzah.

Dan pada nafas yang dijanjikan, “NAFAS” dalam seni pertunjukannya menghubungkan akhir kehidupan manusia itu dengan akhir zaman. Akhir zaman yang menjadi sesi akhir pertunjukan “NAFAS” menyimpulkan bahwa nafas hidup itu akan dipertanggungjawabkan di akhir zaman.

“Nafas yang diberi tuhan itulah yang menjadi tanggung jawab manusia. Apakah nafas itu digunakan dengan baik atau bagaimananya, karena akhir zaman yang tuhan janjikan adalah pertanggungjawaban dari kehidupan itu sendiri,” katanya.

Hanya Ingin Menyampaikan Pesan

Karya “NAFAS” oleh Filhamzah Group ini hanyalah tentang sebuah pesan yang ingin disampaikan, tentang nafas atau hidup yang dipertanggungjawabkan. Tuhan menjanjikan hidup yang baik meski manusia dalam sekelumit masalah hidup.

Keberadaan konsep akhir zaman dengan tergeletaknya para penari saat pertunjukan, menandakan bahwa nafas akan berakhir. Seni pertunjukan “NAFAS” hanya ingin menyentuh orang-orang untuk bisa menjadi orang yang baik, baik, dan lebih baik lagi.

“Kebajikan selalu dijanjikan tuhan dengan yang baik, maka kita nafas itu harus kita gunakan dengan baik. Karya ini hanya mengedukasi dan menyampaikan pesan menyentuh saja, bahwa nafas yang tuhan berikan harus kita pertanggungjawabkan dengan baik sedari lahir,“ ujar sang koreografer.

Kemudian “NAFAS” yang ingin berpesan itu juga memasukkan sentuhan koreografinya tentang keberadaan Palestina. Orang-orang Palestina hidup dalam kepungan perang yang tidak berhenti. Anak-anak, perempuan, dan orang-orang yang malang dan tak berdosa, mati begitu saja oleh kejamnya peperangan yang dilancarkan Zionis Israel.

Ketidakberdayaan orang-orang Palestina memiliki korelasi tentang karya “NAFAS” yang dihadirkan Filhamzah Group, seperti nafas-nafas yang berakhir dengan mudahnya oleh kekejaman Israel. Sehingga “NAFAS” menarik sebuah penegasan, bahwa nafas yang diberi sedari lahir haruslah dapat DIPERTANGGUNGJAWABKAN oleh manusia dengan baik. (*)

Exit mobile version