Pembangunan Mangkrak karena Kurang Anggaran, Penyelesaian Stadion Utama Sumbar Butuh Rp1,1 Triliun  

Terlihat Stadion Utama Sumbar di Sikabu, Kabupaten Padang Pariaman, beberapa waktu yang lalu. Penggunaan stadion yang belum sepenuhnya rampung ini untuk pertandingan Liga 1 2024/2025 menuai kontroversi di kalangan fans sepak bola Indonesia. IRHAM

PADANG, HARIANHALUAN.ID Penggunaan Stadion Utama Sumatera Barat (Sumbar) di Sikabu, Padang Pariaman oleh Semen Padang FC untuk menggelar laga Liga 1 musim 2024/2025 menuai kontroversi di kalangan fans sepak bola Indonesia. Nyatanya, pembangunan stadion yang sempat menjadi venue pembukaan MTQ Nasional XXVIII itu hingga kini masih mangkrak dan belum sepenuhnya rampung.

Kepala Dinas Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang (BMCKTR) Sumbar, Era Sukma Munaf menyebut, secara garis besar Stadion Utama Sumbar telah bisa difungsikan untuk menggelar pertandingan Liga 1.

“Dengan anggaran yang tersedia saat ini, progres pembangunan memang masih segitu. Tapi secara fungsional Stadion Utama telah bisa digunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola. Malah telah dinyatakan lolos verifikasi Liga 1,” ujarnya kepada Haluan, Selasa (17/9).

Era Sukma menuturkan, Stadion Utama direncanakan akan dibangun dengan kualitas yang begitu megah. Hal itu membuat anggaran yang dibutuhkan untuk merampungkan pengerjaan stadion yang telah dimulai sejak tahun 2018 ini cukup besar.

Sejauh ini, rumput lapangan berkualitas dunia dan berstandar FIFA telah terpasang di Stadion Utama. Namun sayangnya, tahun ini masih belum ada alokasi tambahan untuk proses penuntasan stadion ini.

“Tahun ini memang masih belum ada penambahan alokasi anggaran. Untuk menyelesaikannya, dana yang kami butuhkan sifatnya masih relatif. Kalau mau rampung semuanya, kami butuh dana sekitar Rp700 miliar hingga Rp1,1 triliun,” ujarnya.

Jika Stadion Utama ingin dibangun dengan kualitas mendekati Stadion Gelora Bung Karno (GBK), dana yang dibutuhkan berkemungkinan mencapai angka Rp700 miliar lebih. Jumlah ini belum termasuk dengan biaya perawatan rutin yang juga harus dialokasikan

Di tengah keterbatasan anggaran yang ada, Pemprov Sumbar sampai saat ini masih terus mencoba beberapa langkah alternatif. Termasuk mencari sumber pembiayaan lain di luar APBD Sumbar yang mungkin bisa digunakan untuk merampungkan progress pembangunan stadion tersebut.

“Jadi, memang saat ini kita sedang bikin beberapa alternatif. Secara fungsional sudah bisa digunakan untuk menggelar pertandingan. Meskipun dengan beberapa penyesuaian seperti tribun timur, selatan, dan utara yang dibiarkan terbuka saja,” katanya.

Kendati begitu, pembangunan tribun barat Stadion Utama telah selesai dilakukan. Termasuk pembangunan ruang meeting, ruang ganti pemain, dan lain sebagainya.

“Komponen yang paling mahal itu pembangunan atap stadion tertutup. Untuk atap itu saja anggarannya butuh sekitar Rp130 miliar lagi. Karena dia pakai space frame,” kata Era Sukma.

Anggaran pembangunan yang cukup besar lainnya, meliputi pengadaan kursi single seat penonton. Sejauh ini di stadion berkapasitas sekitar 56 ribu penonton itu sudah terpasang sekitar 12 ribu kursi single seat. “Berarti perlu sekitar 30 ribu single seat lagi. Kalau harga satuan single seat Rp600 ribu saja, kami butuh uang sekian miliar. Belum lagi keperluan lain seperti lampu penerangan,” ucapnya.

Era Sukma menambahkan, untuk memasang semua lampu penerangan stadion, diperkirakan butuh anggaran sekitar Rp17 miliar. Itu pun baru hitungan kasar, dan belum termasuk pembangunan lapangan latihan serta infrastruktur penunjang lainnya.

“Kalau ingin kualitas internasional, kita butuh anggaran sekitar Rp1,1 triliun lagi. Namun yang jelas, dengan progres sekarang, stadion itu sudah layak secara fungsional. Buktinya telah lolos verifikasi Liga 1 untuk menggelar pertandingan di sore hari,” katanya.

Sampai saat ini, lampu penerangan yang terpasang di Stadion Utama baru mencapai setengah atau 50 persen dari jumlah standar yang disyaratkan penyelenggara Liga 1, yakninya 1,200-1,400 Lux.

“Artinya, untuk penerangan tidak ada masalah jika dipakai main sore. Tapi kalau untuk main malam, memang belum bisa. Karena dari standar presentase penerangan yang diminta Liga 1 itu baru sekitar 50 persen dan kami baru memasang sebagian lampu penerangannya,” kata Era Sukma.

Era Sukma menyebutkan, Pemprov Sumbar bahkan juga masih terus mengupayakan sumber pendanaan lain di luar APBD untuk merampungkan progres pembangunan Stadion Utama.

“Kami sedang mengupayakan sumber pendanaan dari sukuk syariah. Bukan dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), tapi itu berasal dari pinjaman luar negeri yang dihitung dari kemampuan fiskal daerah. Itu yang memverifikasi langsung bank dunia. Kami mengajukan pinjaman sekitar Rp281 miliar. Proposalnya sudah kami ajukan, sekarang masih berproses,” ujarnya.

Diketahui, Semen Padang akan menggelar laga pekan ke-5 Liga 1 musim 2024/2025 kontra Barito Putera di Stadion Utama Sumbar pada Rabu (18/9) sore WIB. Lantaran belum bisa memakai Stadion H. Agus Salim yang saat ini masih dalam proses renovasi, Semen Padang harus menjadi “musafir”.

Pada laga-laga kandang sebelumnya, klub berjuluk Kabau Sirah itu memakai Stadion STIK di Jakarta. Namun, untuk laga melawan Barito Putera, mereka memilih bermain di Stadion Utama Sumbar. Stadion Utama sebelumnya juga sempat digunakan untuk menggelar pra musim.

Lewat unggahan di akun media sosial klub Barito Putera @psbaritoputeraofficial, informasi soal kondisi Stadion Utama Sumbar bisa didapat. Terlihat beberapa bagian stadion belum selesai dibangun, walau tribun utama terlihat rapi. Postingan tersebut mendapat banyak komentar negatif dari warganet,

“Candi ke berapa ini di Indonesia?” tulis @abang_izay pada unggahan tersebut.

“Di mana marwah kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia main di stadion seperti ini Pak @erickthohir @pssi @pt_lib,” tulis @barito_putera_legend(*)

Exit mobile version