HARIANHALUAN.ID – Direktur RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang, dr. Aklima MPH melalui Kabid Yanmed, dr. Fitri Zaini SpPk mengatakan saat ini ada 203 pasien rawat inap di rumah sakit milik pemerintah provinsi tersebut.
“Total pasien ada 203 orang. 155 laki-laki dan 48 perempuan,” ujarnya kepada Haluan, Selasa (8/10).
dr. Fitri menjelaskan adapun jenis gangguan kejiwaan yang diidap pasien beragam. Mulai dari gangguan jiwa berat (skizofrenia), kemudian Skizoafektif tipe depresi, manik, bipolar dll. Juga gangguan mental emosional (ansietas dan depresi).
Beberapa penyebab gangguan jiwa yang dialami pasien RSJ HB Saanin diantaranya akibat faktor biologis, psikologis hingga sosiokultural.
“Faktor biologis seperti herediter, trauma kapitis, penyalahgunaan napza, dan sebagainya. Lalu faktor psikologis seperti adanya pengalaman traumatis, pola asuh yang salah dan konsep diri negatif. Sementara faktor sosialkultural seperti masalah ekonomi, putus sekolah, konflik keluarga, konflik dengan lingkungan,” tuturnya.
dr. Fitri juga mengedukasi masyarakat agar gangguan kejiwaan ini tidak terjadi.
“Pertama, deteksi dini terlebih dahulu untuk menentukan apakah ada risiko masalah kesehatan jiwa. Kedua, bagi masyarakat masih sehat berikan penyuluhan sesuai kelompok usia. Ketiga, bagi masyarakat berisiko berikan penyuluhan sesuai faktor risiko, atasi masalah gangguan mental emosional seperti cemas dengan latihan teknik relaksasi, afirmasi positif dan sebagainya,” ujarnya menutup.
Pentingnya Cari Bantuan Profesional
Terpisah, Psikolog yang juga dosen di Universitas Fort de Cock, Alfi Rahmadini menyebut setelah mengalami kejadian traumatik maka seseorang perlu mencari dukungan sosial hingga bantuan profesional.
“Ketika seseorang merasa memiliki perasaan “tidak nyaman”, sedih, marah setelah terjadinya kejadian traumatik telah berlangsung lama (2 minggu), dan mengganggu produktivitas atau aktivitas sehari-hari, maka perlu untuk mencari bantuan. Bisa dengan dukungan sosial hingga ke profesional. Sehingga perasaan tidak nyaman tersebut dapat ditangani dengan tepat,” ujarnya.
Alumni Psikologi Unand dan UGM ini menjelaskan setiap manusia selalu dihadapkan dengan stressor (sumber stres) dalam menjalani kehidupannya. Termasuk akibat pekerjaan dan masalah hidup lainnya. Akan tetapi tidak kenyataannya tidak semua manusia yang resilience (memiliki data lenting) dalam menghadapi sumber stres itu.
Dikatakannya, stres merupakan reaksi secara fisik atau emosional (mental / psikis) ketika ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.
“Stres itu merupakan bentuk respon yang wajar terjadi ketika bertambahnya tekanan dalam hidup. Namun tiap-tiap orang akan berbeda dalam meresponnya,” ucapnya.
Dijelaskan nya tanda seseorang sedang stres bisa diketahui dari respon fisik, kognitif dan sosial/perilaku/emosinya.
“Secara fisik seperti merasa lemah, pusing, tidak berdaya, susah tidur, mudah sakit perut, diare atau sembelit dan mudah lelah, ” tuturnya.
Sedangkan secara kognitif seseorang akan sulit konsentrasi, cendrung berpandangan negatif, merasa kewalahan melakukan sesuatu. Kemudian secara perilaku/emosi seperti perubahan makan (banyak makan atau tidak nafsu makan), menarik diri dari pergaulan, merasa takut, suka mengeluh, mudah menangis, berbohong, mudah marah dan diam.
Alfi memberikan tips bagaimana merespon saat seseorang mengalami stres.
Pertama, sadari dan akui bahwa ada sesuatu yang terjadi.
Kemudian rehat, tenang, dan menata perasaan / hati. Bisa dengan istirahat yang cukup, cerita kepada orang lain, perbanyak ibadah dan berdoa, menemukan kembali tujuan dan niat agar kembali semangat, positive thingking dan bersyukur hingga melakukan relaksasi.
Selanjutnya temukan sebabnya. Formulasi kan solusi dan tetap tawakal.
Jangan lupa menyibukkan diri dengan kegiatan positif. Menjaga pola Hidup sehat, belajar dan olahraga.
Kemudian cari bantuan bisa ke orang terdekat yang dipercaya, keluarga, pasangan, teman, hingga bantuan profesional psikolog dan konselor.
Disisi lain, seseorang juga harus melihat apapun potensi yang ada pada dirinya.
“Jika sudah berusaha mencari pekerjaan namun ternyata belum juga mendapatkannya, seseorang harus melihat sisi lain dari dirinya. Mungkin ada skill yang bisa diasahnya atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,” kata dia.
Selain itu, diperlukan mindset bahwa yang memiliki masalah bukan hanya diri sendiri saja. Orang lain mungkin merasakan hal yang sama, namun menghadapinya dari sudut pandang berbeda.
Salah satu hal penting lainnya, adalah berbagi kepada orang yang dipercaya. (h/yes)