Ia berharap kepada petani untuk tetap bersabar, karena realisasi bantuan dari Kementan tersebut memang membutuhkan beberapa syarat, agar bantuan jelas peruntukannya. Bencana alam yang terjadi memang sedikit banyaknya berdampak kepada produksi padi di Sumbar.
Terkait adanya gangguan produksi padi akibat bencana alam itu, Pemprov Sumbar sudah melakukan upaya pemanfaatan lahan yang bisa diolah untuk ditanami padi. Dia mengaku belum mengetahui secara pasti luas lahan yang baru ditanam padi itu, tapi diperkirakan dapat mengisi kekosongan jumlah produksi yang sempat terganggu akibat bencana alam.
“Beruntung kami sudah melakukan upaya lain agar produksi tidak terganggu, yakni mengolah lahan yang bisa ditanam padi. Kawasannya tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Sumbar,” ujarnya.
Diketahui, Pemprov Sumbar mengajukan kebutuhan penanganan dan pemulihan dampak bencana kepada Kementan, yakni untuk padi yang terdampak luasnya 4.416,64 hektare dan luas itu turut terjadi puso seluas 725,05 hektare.
“Jumlah ini tidak hanya di Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang. Tapi juga untuk daerah lainnya yang juga terdampak bencana pada Maret 2024 di Kabupaten Pesisir Selatan. Jadi pengajuannya digabung saja,” kata Rina.
Lalu, untuk jagung luas lahan yang terdampak mencapai 1.098,28 hektare dan mengalami puso 320,45 hektare. Kemudian, cabai merah juga turut merasakan dampak bencana dengan luas 155,10 hektare dan terjadi 32,38 hektare. Selanjutnya, untuk bawang merah lahan yang terdampak 32,60 hektare dan yang mengalami puso 9,00 hektare. Termasuk untuk sayuran lainnya yang tercatat terdampak seluas 268,55 hektare dan yang mengalami puso 93,50 hektare. “Jadi total lahan yang terdampak itu tercatat 5.971,08 hektare dan kondisi pertanian yang mengalami puso mencapai 1.180,39 hektare,” ujarnya. (*)