Nantinya sistem peringatan dini ini akan terintegrasi dengan data dari lembaga lain, misalnya BMKG dengan data curah hujan atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dengan sebaran material vulkanik pascaerupsi Marapi. “BBWS V maupun SDABK juga bisa memberikan informasi pengelolaan sungai dan beberapa data pengamatan yang mereka miliki,” kata Udrekh.
Udrekh mengatakan, BMKG sudah dapat memperoleh data potensi curah hujan ekstrem satu hari sebelumnya. Kemampuan ini akan membantu dalam kesiapsiagaan dan peringatan dini kepada masyarakat.
Di samping itu, dengan periode waktu yang sudah dapat diprediksi, nantinya BPBD sebagai operator peringatan dini juga dapat melakukan pengecekan peralatan seperti sensor dan sirine.
Ke depan, Udrekh berharap alat peringatan dini ini dapat terjaga dan terawat dengan baik oleh pemerintah daerah dan masyarakat. BNPB masih akan membiayai operasional peralatan ini sebelum nantinya diserahkan kepada pemerintah daerah.
Udrekh juga mengungkapkan harapannya, penyiar pada tower sirine dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan umum. Ini akan membantu dalam memonitor fungsi sirine sebagai peringatan dini.
“Penyiar sirine, penting untuk dapat dimanfaatkan sehari-hari, agar lebih dapat dirasakan manfaatnya sehingga dapat mendorong pembiayaan dan perawatan menjadi prioritas daerah, karena manfaatnya yang bisa digunakan untuk memberitahukan berbagai informasi, tidak hanya pada saat ada banjir lahar dingin saja,” ujar Udrekh.