Hal ini tidak terlepas dari masih begitu kuatnya penghargaan masyarakat Sumbar terhadap profesi guru serta proses pembentukan karakter siswa di sekolah. “Untuk di Sumbar kasus seperti ini jarang terjadi karena kita masih ada filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dan anak dipangku kamanakan dibimbiang,” ucapnya.
Namun demikian, ia tidak menampik masih banyaknya kasus-kasus kenakalan remaja seperti halnya tawuran di Sumatra Barat. Situasi ini telah menjadi salah satu bahasan penting Dinas Pendidikan Sumbar bersama jajaran para kepala sekolah. “Nanti akan ada optimalisasi peran guru Bimbingan Konseling. Bagi anak-anak yang masih terlibat aksi kenakalan remaja, akan dibina oleh guru BK,” ucapnya.
Sebagai langkah pencegahan aksi kenakalan remaja serta pembentukan karakter generasi muda Sumbar, Suindra menyebutkan Pemprov Sumbar sudah punya beberapa program khusus.
Seperti misalnya wirid remaja rutin, pesantren ramadhan, Tahfiz Quran hingga kegiatan ekstrakurikuler rutin yang menjadi wadah bagi para siswa untuk menyalurkan energi serta minat dan bakatnya masing-masing. “Jadi kita berupaya agar para siswa dapat menghabiskan energi positifnya untuk pengembangan potensi dirinya,” ungkapnya.
Suindra menekankan pentingnya sinergi, kolaborasi dan komunikasi antara guru dengan para orang tua siswa. Upaya ini penting dilakukan untuk membentuk kesepahaman dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter siswa. Guna menjamin kelancaran komunikasi antara guru dan orang tua murid, seluruh sekolah di Sumatra Barat kini telah memiliki program forum parenting rutin untuk membicarakan perkembangan peserta didik. “Sekolah juga sudah punya kotak saran pengaduan terkait dengan upaya perlindungan guru dan siswa. Untuk SOP perlindungan guru dan tenaga kependidikan ini, akan segera kita bahas dengan Cabang Dinas, MKKS dan pengawas,” pungkasnya. (*)