Asosiasi Pedagang Ritel Sumatra Barat yang dikomandoinya sempat menyampaikan ketidaksetujuannya. Sebab konsep tidak jelas, dan ternyata Minang Mart yang dirancang tidak lain adalah Carefour yang berubah wujud.
“Kita sudah prediksi tidak akan bertahan lama, karena manajemen Minang Mart bertindak sebagaii agen atau subdistributor untuk cabang cabangnaya, akan memperpanjang rantai distribusi,” ujarnya.
Menurutnya kesalahan besar saat pendirian ritel ini adalah tidak bersinergi, karena pendirian ritel tidak bisa hanya modal semata.
“Ritel itu marginnya kecil, resiko nya besar, problematika nya tinggi. Kalau barang rusak, dicuri, expired (kadaluwarsa), dimana lagi untung nya. Hal ini harus dipahami dan tidak boleh luput dari pembahasan,” jelasnya.
Ia juga menyayangkan saat ini permasalahan ritel di Sumbar masih saja disibukkan dengan hal-hal mendasar, seperti penguasaan pasar oleh ritel-ritel modern lokal besar.
“Kapan lagi kita akan melakukan edukasi, pembinaan untuk menaikkelaskan UMKM di sektor ritel,” ujarnya.