Gamawan Fauzi “Comeback” Trending Topik! Ada Yang Senang, Ada Yang Gamang

Gamawan Fauzi

Gamawan Fauzi bersama Presiden SBY (Foto: Istimewa)

HALUANNEWS, PADANG – Berita Haluan tentang Gamawan Fauzi “Comeback” jadi trending topik di beberapa grup WA urang awak dan menjadi perbincangan hangat di berbagai sudut kota dan kedai.

“Sebenarnya juga, itu bukan soal Gamawan Fauzi secara personal, melainkan sosok seperti Gamawan Fauzi yang dirindukan banyak warga Sumatra Barat (Sumbar). Gamawan ternyata masih menjadi tokoh yang pantas dan patut untuk diteladani,” kata Zulfan Sikumbang nak Rang Gunuang Pangilun, Senin (30/5/2022).

Begitu jam menunjukkan pukul delapan pagi, telepon Redaksi Haluan tak henti-henti berdering. Bahkan sampai berita ini ditulis, telepon kami masih berdering. Sebagian sangat mendukung dan sebagian lagi bertanya, apa Gamawan Fauzi bersedia? Bahkan ada pihak yang tak mau disebutkan Namanya, siap mendukung Gamawan Fauzi secara moril dan materil.

Sori, ssst ! Ternyata, kemunculan sosok Gamawan Fauzi di pentas politik kekuasaan Tahun 2024, ada yang merasa gacar dan berpiuh dalam kegamangan. “Berita Gamawan Fauzi Comeback bikin pihak lain mengalami dehidrasi politik dan galau politik. Ada yang berdampung. Ada yang super gamang….Ke…ke..keh,” sumber itu tertawa ! Wow !

Peneliti Spektrum Politika, Asrinaldi mengatakan, munculnya informasi terkait Gamawan Fauzi yang turun gunung untuk menyelesaikan beragam persoalan Sumbar merupakan kabar baik sekaligus kabar buruk.

Setidaknya, ada dua hal yang menjadi catatan Asrinaldi. Pertama, hal tersebut menandakan lemahnya kaderisasi kepemimpinan di Sumbar dan juga menandakan kecewanya masyarakat terhadap model kepemimpinan pada hari ini.

“Apa memang Sumbar tidak lagi punya sosok yang berkarakter seperti atau lebih dari Gamawan Fauzi? Ini juga menandakan ada persoalan pada kepemimpinan Sumbar pada hari ini yang merindukan sosok pemimpin yang punya visi, kemauan dan kemampuan leadership serupa Gamawan Fauzi,” katanya kepada Haluan, Senin (30/5/2022).

Namun di sisi lain, Asrinaldi menyarankan, Gamawan Fauzi untuk berpikir kembali terhadap isu tersebut, meskipun Gamawan punya kesempatan untuk kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumbar.

“Saya menilai tidak perlu Pak Gamawan turun lagi jadi calon, beliau cukup untuk jadi mentor saja. Sebab, yang jadi persoalan sekarang banyak gubernur atau kepala daerah yang tidak pernah diskusi dan meminta masukan kepada tokoh-tokoh yang sudah teruji,” katanya lagi.

Asrinaldi berpendapat, banyak hal yang bisa dijadikan contoh oleh kepala daerah hari ini dari gaya kepemimpinan Gamawan Fauzi. “Karakter yang bisa dicontoh dari Gamawan Fauzi itu adalah visi beliau yang jelas, kapasitas leadership yang mumpuni dan konsisten dalam bersikap dan juga taat aturan,” katanya.

Sementara itu, Pengamat Politik UNP, Nora Eka Putri mengatakan, jika dilihat dari aturan tentu Gamawan berpeluang untuk mencalonkan diri. Sebab, Gamawan Fauzi baru satu periode menjabat sebagai gubernur.

“Berdasarkan kapasitas beliau juga sudah punya pengalaman, dalam kata lain sudah teruji,” katanya.

Senada dengan Asrinaldi, Nora juga menilai munculnya kembali nama Gamawan Fauzi ini bentuk keresahan sebagian masyarakat yang membutuhkan pemimpin yang mampu membawa Sumbar ke arah yang lebih baik dan mengembalikan muruah Sumbar.

“Ini juga jadi catatan untuk kepala daerah yang saat ini menjabat, bagaimana membangun kerja sama dan berkordinasi untuk percepatan pembangunan dan membawa Sumbar menjadi salah satu daerah yang dipandang di mata nasional, karena memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan jadi daerah yang aman dan nyaman bagi masyarakatnya,” katanya.

Nora juga menyoroti proses kaderisasi yang dijalankan Partai Politik (Parpol), sehingga mampu memunculkan nama-nama baru yang punya kapasitas dan kapabilitas kepemimpinan yang mumpuni. Parpol pada hari ini terkesan hanya sibuk mencari kader saat pemilihan akan berlangsung.

“Seharusnya itu jadi kerja berkelanjutan di Parpol. Saya yakin pasti ada orang yang kapasitasnya sama atau lebih dari Gamawan Fauzi. Tapi proses untuk menjadi pemimpin itu harus dengan mengenalkan diri atau diperkenalkan oleh orang lain ke publik. Persoalannya saat ini orang-orang seperti itu tidak punya wadah. Selain itu, untuk terjun ke dunia politik memerlukan banyak hal, tidak cukup kapasitas dan populer saja, juga perlu ongkos politik atau materi,” katanya.

Regenerasi kepemimpinan, menurutnya, juga membutuhkan bimbingan dari sosok-sosok pemimpin yang sudah teruji. Sebab demikian perlu membangun komunikasi dan hubungan baik dengan tokoh-tokoh senior. “Jika nama-nama calon yang itu-itu saja, maka perubahan ke arah yang lebih baik sulit terjadi,” katanya. (*)

Exit mobile version