AGAM, HARIANHALUAN.ID —Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas erupsi Gunung Marapi menunjukkan tren penurunan beberapa hari terakhir. Kendati demikian, masyarakat diminta waspada lantaran adanya semburan gas beracun, meskipun masih berada pada level rendah.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid A.N mengatakan, meski data erupsi Gunung Marapi menunjukkan kecenderungan penurunan aktivitas, diperlukan waktu lebih lanjut untuk memastikan kestabilan gunung tersebut. “Erupsi masih dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi energi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (18/11).
Secara visual, Gunung Marapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal teramati setinggi 200- 400 meter di atas puncak.
Meskipun terjadi erupsi, tinggi dan warna abu letusan tidak teramati karena tertutup kabut atau awan. Cuaca di sekitar gunung cerah hingga mendung dengan angin lemah hingga sedang ke berbagai arah.
Suhu udara berkisar antara 16,1-27,8°C. Kondisi ini menunjukkan aktivitas permukaan yang masih berlangsung meski tidak signifikan.
Data kegempaan didominasi oleh gempa hembusan yang terus mengalami peningkatan. Tercatat 4 kali gempa letusan, 121 kali gempa hembusan, 7 kali gempa harmonik, 2 kali tremor nonharmonik, 1 kali gempa tornillo, 1 kali gempa frekuensi rendah, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 17 kali gempa vulkanik dalam, 12 kali gempa tektonik lokal, 27 kali gempa tektonik jauh, dan tremor menerus dengan amplitudo 0,5-1,5 mm (dominan 1 mm) sejak 27 Oktober 2024.
“Gempa letusan masih terekam, meski jumlahnya cenderung menurun. Gempa hembusan meningkat sebagai manifestasi pelepasan energi dari proses intrusi magma,” ujar Wafid.
Grafik tiltmeter Stasiun Batupalano sejak 27 Oktober 2024 menunjukkan inflasi atau penggembungan pada tubuh gunung api, baik pada sumbu tangensial maupun radial. Hal ini mengindikasikan adanya tekanan fluida dari kedalaman meski dengan slope yang kecil.
Pada tingkat aktivitas Level III (Siaga), potensi bahaya dari abu erupsi dapat mengganggu saluran pernapasan dan penerbangan. Penyebaran abu akan mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga daerah sekitar perlu waspada terhadap kemungkinan hujan abu.
Material erupsi yang terendapkan di puncak dan lereng Gunung Marapi berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.
“Banjir lahar dapat terjadi di lembah atau aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi, terutama di saat musim hujan,” kata Wafid.
Di area kawah dan puncak, terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti CO‚ , CO, SO‚ , dan H‚ S. Oleh karena itu, masyarakat dan pendaki atau wisatawan diimbau untuk tidak memasuki radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek).
“Meskipun aktivitas Gunung Marapi cenderung mengalami peningkatan namun laju emisi (fluks) gas SO‚ dari satelit sentinel masih terdeteksi dengan kuantitas yang rendah,” katanya.
Berdasarkan laporan 11 November 2024 laju emisi gas SO‚ terukur 23 ton per hari. Hal ini mencerminkan aktivitas gunung api masih dominan berupa degassing (pelepasan gas) dengan kandungan gas magmatik SO‚ yang tergolong rendah.
Berdasarkan hasil analisis hingga 16 November 2024, Badan Geologi merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki atau wisatawan agar tidak memasuki wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi.
Kemudian, warga yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai yang berhulu di puncak agar mewaspadai potensi bahaya lahar dingin, terutama saat musim hujan.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA). Selain itu, seluruh pihak diminta menjaga suasana kondusif, tidak menyebarkan informasi bohong (hoaks), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Wafid pun menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah dan instansi terkait. “Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya,” ujarnya. (*)