Potensi Nusantara Aceh dari Kuliner, Aplikasi Hingga Fashion

Tri Wahyudi

Pemuda Aceh, Tri Wahyudi

HARIANHALUAN.ID – Berawal dari amanah guru ngaji untuk membentuk sebuah ekosistem pesantren berbasis digital, dan menyesuaikan dengan gaya hidup anak muda saat ini. Membuat seorang pemuda Aceh, Tri Wahyudi melahirkan sebuah aplikasi berbasis website di muslimlife.id, play store android dan AppStore iOS.

Aplikasi itu diberi nama Muslimlife. Hingga kini sudah lebih dua juta pengguna yang mengunduh aplikasi yang mulai diluncurkan pada 2018 itu. Tri Wahyudi mengatakan, aplikasi ini diciptakan untuk memudahkan setiap muslim beribadah dan memahami ajaran Islam. Dan juga memfasilitasi para ustad yang berkompeten untuk mengisi materi dan juga melengkapi modul pembelajaran yang sudah ada saat ini.

“Muslimlife itu, sebuah ekosistem kehidupan muslim, goal besarnya adalah saat ini menjadi aplikasi edukasi dan gaya hidup Islami. Kami di muslimlife punya mindset, muslim yang baik itu punya tiga karakter, ia harus selalu ibadah, harus upgrade ilmu, dan harus berbagi,” kata pemuda yang akrab disapa TW ini.

Saat ini komunitas Muslimlife ada di 21 kota di Indonesia. Bahkan, bulan lalu baru saja launching di Samarinda. Muslimlife diharap jadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Karena 1/3 kehidupan masyarakat Indonesia saat ini di depan layar smartphone (hp).

“Bahkan saya juga yang sudah menikah ini, pas bangun tidur cari wajah HP dulu, bukan wajah istri atau wajah anak,” katanya.

Apa yang ada di layar smartphone, akan menjadi gaya hidupnya. Ketika kita menonton yang baik, kita akan jadi baik, dan juga pasti sebaliknya. Ketika kita menonton hal yang kurang baik, itu juga akan berpengaruh pada kehidupan kita.

Menurut Tri Wahyudi, selanjutnya ia bersama tim ingin konsen membantu bagaimana pemerintah Aceh bisa mendapatkan potensi ekonomi alternatif pendapatan dari bidang ekonomi digital. “Insyaallah kami akan launching Aplikasi Wisata Digital dengan teknologi yang kami punya,” kata TW.

Beberapa hal lain yang bisa dilakukan timnya untuk pengembangan wisata di Aceh, adalah digitalisasi islamic center, apalagi menurut TW, 14 engineering, sembilan orang dari Aceh. Sisanya orang berpengalaman dari luar Aceh.

“Saya kepengen mendigitalisasi dan standarisasi wisata halal Indonesia. Pertama saya ingin bikin ekosistem toilet standar wisata halal. Karena problem di dunia pariwisata halal itu, yang pertama kali orang lihat itu toiletnya,” ujarnya

Kami akan buat toilet itu bisa orang infak ke masjid seikhlasnya lewat aplikasi, gak perlu lewat celengan. Toilet itu ada standarnya. Karena image halal itu tidak boleh bauk, terbelakang.

Selain itu, juga soal membudayakan tumbler, karena musuh wisata itu plastik. Jadi tumbler itu disewa. Infaq sesuka hati, setelah pakai taruk balik. Kalau mau minum bisa isi ulang. “Golnya adalah jangan sampai wisata ini menyisakan sampah plastik, karena dengan teknologi ini orang jangan lagi menghasilkan sampah plastik,” tuturnya. (*)

Exit mobile version