50 Tahun Perjalanan ITP, Berawal dari Kursus Ahli Teknik Hingga Berkembang Menjadi Institut

Ketua Yayasan ITP, Drs Zulfa Eff Uli Ras

Ketua Yayasan ITP, Drs Zulfa Eff Uli Ras

HARIANHALUAN.ID – Institut Teknologi Padang (ITP) berawal dari sebuah lembaga kursus yang diberi nama Kursus Ahli Teknik (KAT) yang merupakan embrionya. Lembaga pendidikan dalam bidang Teknik Mesin dan Teknik Sipil pada 1972. 

Bermodalkan dedikasi dan semangat membangun serta keinginan berpartisipasi dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan daerah Sumbar, maka disiapkanlah seperangkat kurikulum dan staf pengajar.

Pendirian KAT ini merupakan atas inisiatif Syofyan Yatim B.Sc (Kep. Bag. Perncanaan Kanwil Depdikbud Sumbar) dan Achmad SB (Kepala Kanwil. Depnaker Sumbar), serta beberapa dosen muda FKT IKIP Padang (Jalius Jama, Aljufri, Darsun Pesmo, Syamsul Arifin, Dailis Amran). Sebagai penggagas ide, maka diangkatlah sebagai pimpinan KAT Syofyan Yatim B.Sc.

Karena fasilitas untuk kegiatan kursus ada di bawah wewenang Kepala Kanwil Depnaker (Achmad SB), sekali sebagai penggagas, beliau menyediakan tempat dan fasilitas Balai Latihan Kerja (BLK) Kanwil Depnaker sebagai tempat kegiatan kursus, yang terletak di Jalan Rasuna Said (Ujung Gurun) Padang.

Demikian disampaikan Ketua Yayasan ITP, Drs Zulfa Eff Uli Ras saat berbincang-bincang dengan Haluan, Rabu (19/10) di ruang kerjanya.

Sementara berjalannya kursus, ada ide dan keinginan untuk mengembangkan menjadi perguruan tinggi. Sesuai dengan ketentuan, untuk penyelenggara perguruan tinggi diperlukan sebuah yayasan sebagai badan hukumnya, dengan nama Yayasan Pendidikan Teknologi Padang (YPTP) dengan pendiri terdiri dari Achmad SB, Syofyan Yatim, B.Sc, Drs. Jalius Jama, Drs. Aljufri, Drs. Syamsul Arifin, Drs. Darsun Pesmo, Drs. Dailis Amran dan Sutan Kashmir.

Sebagai tokoh yang dituakan dan berpengaruh di Sumatra Barat saat itu diangkatlah sebagai Ketua YPTP Achmad SB, dihadapan Notaris Asmawel Amin SH dengan Akta Nomor 5 Tahun 1972 tanggal …September 1972.

Seluruh pendiri dan sekaligus pengurus YPTP mufakat untuk merubah KAT menjadi Akademi Teknik Padang (ATP) tepat pada tanggal 21 Februari 1973 dengan dua jurusan, yaitu teknik sipil dan teknik mesin dengan jenjang program sarjana muda. Sebagai pimpinan diangkatlah Drs. Jalius Jama sebagai direktur dengan tempat kuliah masih memakai gedung dan workshop BLK Kanwil Depnaker Sumbar, sementara pengurus pimpinan ATP mencari tempat yang dianggap layak untuk perkuliahan.

Beberapa bulan setelah itu dapatlah tempat di Jalan Arif Rahman Hakim Kampung Nias Pondok (bekas Gedung Sekolah Cina yang beraliansi Komunis dan terlibat G30 S PKI yang dambil alih pemerintah), yang dipakai secara bersama dan bergantian dengan beberapa lembaga pendidikan lain (STO/FPOK-IKIP Pdg, FKT-IKIP Pdg dan STMN Pdg). Gedung ini dijadikan sebagai kampus ITP sejak 1973 sampai dengan Tahun 1984. Sementara itu, pengurus YPTP dan pimpinan ATP secara perlahan juga berusaha memiliki kampus sendiri dengan berbagai upaya, agar lembaga ini bisa berkembang dengan baik menjadi sebuah perguruan tinggi yang mapan.

Pada suatu hari pada waktu acara ospek mahasiswa baru ATP terjadilah konflik antara mahasiswa ATP (senior) dengan mahasiswa FPOK IKP Padang, yang berakibat hampir terjadi bentrokan massal antar mahasiswa. Berdasarkan hasil musyawarah pimpinan ATP dan pengurus YPTP diputuskanlah untuk pindah ke Kampus ATP, yang terletak di Kelurahan Olo Kandis Nanggalo, yang pada waktu itu baru memiliki gedung berupa enam ruang kelas dan sebuah kantor bantuan Depdikbud melalui Kopertis Wilayah I Medan.

“Dengan hidup dan bergiatan di atas kampus milik sendiri timbulah tantangan bagi pimpinan ATP dan pengurus YPTP untuk lebih cepat bergerak dan bertindak dengan menyusun kegiatan yang terprogram dan sistemik, sehingga menjadi Institut Teknologi Padang (ITP) seperti sekarang,” ujar Zulfa.

Para pendiri, penyelenggara dan pengelola lembaga ini sejak dari KAT, ATP, STTP hingga ITP dipegang dan ditangani oleh orang-orang yang tulus mengabdi dan cinta pendidikan dan para pendidik yang telah berkecimpung di dunia perguruan tinggi. Seperti kata Zulfa, sembilan orang pendiri dan sesepuh yang dari awal berdirinya ITP, telah almarhum sebanyak delapan orang, yaitu H. Achmad SB, H.Syofyan Yatim, Drs Darsun Pesmo, M.Ed, Drs. Dailis Amran, Drs. Syamsul Arifin, Prof. Dr. Aljufri B. M.Sc, St. Kashmir dan H. Masri Usman, SH, serta yang masih mengabdi sampai sekarang sebagai pembina YPTP adalah Prof. DR. H. Jalius Jama, M.Ed.

Ia menyambung, dalam perjalanannya dengan perubahan KAT menjadi ATP dalam satu tahun berjalan, maka sampailah pada saat yang menggembirakan yaitu penerimaan mahasiswa baru tahun kedua. Dengan upaya pemasyarakatan eksistensi ATP di Kota Padang, maka diperoleh tambahan mahasiswa sekitar 120 orang. “Bahkan pada tahun ketiga jumlah mahasiswa sudah mencapai 308 orang,” ujarnya.

Singkat cerita, mengingat beratnya beban mahasiswa dan akademi dalam menghadapi ujian negara, baik dari segi dana muapun segi moril, maka upaya yang harus dilakukan adalah menaikkan status dari terdaftar menjadi diakui untuk jurusan teknik mesin dan teknik sipil, serta terdaftar untuk jurusan teknik elektro.

“Setelah menunggu enam bulan, maka pada Maret 1984 keluarlah keputusan Mendikbud RI Nomor: 0608/O/1984 tanggal 6 Maret tentang peningkatan status jurusan teknik sipil dan teknik mesin untuk jenjang program DIII dan terdaftar menjadi diakui, serta keputusan Mendikbud Nomor: 070/O/1984 tanggal 9 Maret 1984 tentang status terdaftar untuk jurusan teknik elektro jenjang program DIII.

“Suatu kebanggaan tersendiri saat itu, karena di lingkungan Kopertis Wilayah I yang meliputi Aceh, Sumut, Sumbar, dan Riau, satu-satunya PTS bidang teknik yang memiliki jurusan dengan status diakui adalah ATP,” kata Zulfa.

Zulfa melanjutkan, ATP berubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik Padang (STTP) dengan penambahan tiga program studi, yaitu Program Studi Teknik Sipil S1, Teknik Mesin S1 dan Teknik Elektro S1. Kemudian pada 1989 dikukuhkan melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Nomor: 0632/O/1989 tanggal 22 September 1989.

Selanjutnya pada 2002 Sekolah Tinggi Teknik Padang (STTP) berkembang menjadi Institut Teknologi Padang (ITP), yang dikukuhkan oleh Mendiknas RI melalui Surat Kepetusan Nomor: 113/D1012002.

Sementara itu, untuk ATP pada 1973 hingga Tahun 1989 didirikan Tanggal 21 Februari 1973. Ada beberapa fase setiap kepemimpinan yang terus berganti.

Sewaktu kepemimpinan Direktur dijabat Drs Jalius Jama Tahun 1973-1974 disebut fase perjuangan. Artinya pada masa ini adalah fase perjuangan untuk bisa menjadi sebuah perguruan tinggi. Pada masa Direktur Ir. M. Yusuf Aziz (alm) Tahun 1974-1978 disebut fase eksistensi 1, sebagai proses untuk pengakuan keberadaan sebagai sebuah perguruan tinggi yang terdaftar.

Direktur Ir. Marah Nurmatias (alm) Tahun 1978-1982 disebut fase eksistensi 2 berupa dari status terdaftar menjadi diakui secara lembaga. Dimasa jabatan direktur dijabat oleh Ir. Julindo SA (alm) Tahun 1982-1986 disebut fase aktualisasi yaitu pengakuan, di sinilah status diakui diperoleh dan di sini sudah menuju untuk status disamakan dengan perguruan tinggi negeri. Artinya, sudah bisa menyelenggarakan Ujian Negara Tersendiri (UNT) tanpa tergantung dengan PTN lagi.

Dimasa kepemimpinan Direktur dipercayakan kepada Drs. Zulfa Eff Uli Ras Tahun 1986-1989 disebut fase pengembangan dan kualitas. Di sinilah fase pemantapan mutu akademik, serta upaya pengembangan kelembagaan diprogramkan. Penekanan program diarahkan kepada penyiapan lulusan yang berorientasi kepada tantangan masa depan, serta persiapan menjadi sebuah sekolah tinggi yang bisa menghasilkan sarjana.

Perubahan dan pengembangan kelembagaan disesuaikan dengan kemampuan, namun pada waktu keluarnya keputusan Mendikbud tentang STTP pada saat itu sudah terbayang lembaga ini harus jadi Institut Teknologi Padang (ITP).

“Sejak menjadi STTP, dari Tahun 1989-1990 saya ditunjuk menjadi Pj Dekan. Dan dari Tahun 1990-1002 saya diamanahkan menjadi ketua STTP. Saat STTP telah berubah menjadi ITP pada 2002-2003, saya kembali ditunjuk menjadi Pj Rektor,” ujarnya lagi.

Sejak berdirinya ATP sampai menjadi ITP semua perencanaan ditulis dalam Rencana Induk Pengembangan (RIP) lima tahunan dan diuraikan dalam program kerja tahunan. Kemudian pada 2008 disusunlah road map yang menggambarkan peta harapan/capaian untuk 15 tahun dan 20 tahun, sehingga lahirlah Road Map ITP 2020-2040, dimana tergambar peta program untuk mencapai visi “World Class University” (WCU). Inilah acuan yang ditetapkan pengurus YPTP dalam mengelola ITP untuk yang akan datang.

Pada 2003-2007 Rektor ITP yaitu Prof. Dr. Ir. Yulman Munaf, MSCE (alm). Pada 2007-2011 Rektor ITP yaitu Prof. Dr. Ir. Zaidir, MS. Pada Tahun 2011 hingga tahun 2024 (tiga periode) Rektor ITP diamanahkan kepada Dr. Ir. Hendri Novrianto, MT.

“Jadi untuk rektor tiga periode yang sedang dijalani yaitu tidak menyalahi aturan. Yang penting, prinsip yang harus dipegang adalah harus patuh dengan aturan dan taat dengan azaz,” tutur pria yang sudah berusia 72 tahun tersebut.

Zulfa juga menjelaskan, azaz yang digunakan yaitu azaz kekeluargaan menuju profesionalisme. Sehingga tata kelola yang dilakukan ITP transparan dan kekeluargaan, namun profesionalisme terjaga.

Beranjak dari cerita perjalanan ITP, dalam mengembangkan dan siap bersaing dalam dunia pendidikan, ITP telah membuat perencanaan bertahap setiap lima tahun sekali. Pada 2008-2013, ITP fokus kepada peningkatan kualitas dan relevansi. Pada 2014-2019 ITP fokus pada peningkatan daya saing. Pada 2020-2024 ITP siap menuju unggul.

“Setelah ada rapat dan evaluasi, maka perencanaan direvisi mulai Tahun 2020. Tahun 2020-2024 ITP telah merevisi sasaran yang ingin dicapai, yaitu Efficiency-Driven University. Kemudian sasaran hingga Tahun 2040 fokus kepada World Class University,” tuturnya.

Sementara itu, Rektor ITP Dr. Ir. Hendri Novrianto, MT menambahkan, saat ini jumlah alumni ITP hingga kini sudah lebih dari 8.000 orang. Kemudian untuk jumlah dosen sebanyak 90 orang. Dari jumlah tersebut masih 20 persen jabatan doktor. “Selebihnya masih ada proses sekolah doktor,” ujarnya.

Ke depan, dengan segala usaha yang telah direncanakan oleh ITP untuk menghasilkan lulusan terbaik, bisa diterima di dunia industri.

“Nilai penting yang diterapkan oleh ITP yaitu kedisiplinan, bukan sekedar nilai dan kompetensi. Jadi jika disiplin sudah diterapkan dan terlaksana dengan baik, maka nilai akan mengikuti yang akan diimplementasikan pada dunia kerja nantinya. Mimpi ITP ke depan lulusan ITP harus siap bekerja di lapangan. Caranya harus bersama mewujudkan dengan segala sarana dan prasarana yang ada,” tuturnya. (*)

Exit mobile version