Ia menjelaskan, hingga awal abad ke-17 Minangkabau merupakan daerah yang paling kaya akan emas. Emas ditambang dari sungai-sungai di sebelah timur dan di bukit-bukit Minangkabau. Emas-emas yang dihasilkan kemudian diekspor melalui sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus, Barus, dan Pedir.
Melalui perjanjian Painan, pada tahun 1662 VOC mendapat konsesi untuk berdagang di pantai barat Sumatra. VOC mulai mengeksploitasi kandungan emas Salido pada tahun 1669 semasa jabatan commandeur VOC ketiga untuk pos Padang; Jacob Joriszoon Pit (1667-23
Mei 1678). Dua ahli tambang pertama yang didatangkan ke Salido bernama Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf yang berasal dari Hungaria.
Tambang emas pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda dikerjakan pertama kalinya oleh VOC antara tahun 1735-1869, kemudian ditambang lagi oleh Kinandam Sumatera Mijnbouw. Co (1913-1928) yang menghasilkan 3.004 kg emas dan 97.953 kg perak; untuk timah hitam tidak didapat data yang jelas. Belanda menutup tambang ini karena cadangan emas dan peraknya dianggap telah habis. Dikabarkan bahwa pernah terdapat 1.200 tambang emas di sana. (*)