Oleh: Kiki Nofrijum (Wartawan Haluan)
Pameran 100 tahun Usmar Ismail telah dimulai sejak 10 November kemarin di Segeh Koffiehuis, Kota Padang. Kegiatan ini akan berlangsung selama sebulan ke depan, sebagai wujud rasa syukur atas penganugerahan Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional.
Arief Malinmudo, Direktur Sako Academy, menyebutkan, kegiatan ini menjadi gelaran yang kedua, dimana sebelumnya pameran pertama telah dilakukan pada 20 Maret lalu, bertepatan dengan tanggal kelahiran Usmar Ismail.
“Secara keseluruhan, kegiatannya sama. Akan tetapi, yang sekarang ini tentu memiliki perbedaan dari suasana dan momentumnya. Kalau dulu, kegiatan ini memang sebagai pengingat dan hadiah untuk mengenang Usmar Ismail. Untuk sekarang, momennya bertepatan dengan penetapan Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional, setelah diusulkan oleh Pemprov DKI,” ujar Arief, Rabu (10/11).
Sineas nasional asal Sumbar itu juga menjelaskan, kegiatan ini sangat perlu dilakukan sebagai bentuk pengenalan akan sosok Usmar Ismail sebagai tokoh yang bisa memberikan pengaruh dan kemajuan terhadap bangsa Indonesia. Terlebih, Usmar Ismail adalah putra Minangkabau asli yang lahir di Bukittinggi.
Pameran 100 Tahun Usmar Ismail sendiri diharapkan mampu menumbuhkan rasa keingintahuan yang lebih jauh masyarakat akan sosok Usmar Ismail, terutama tentang dedikasinya bagi bangsa lewat karya-karya film yang selalu populer di masanya. Usmar Ismail juga mampu membawa pembaruan terhadap perfilman Indonesia seperti menggunakan dialog yang lebih wajar dan memisahkannga dari gaya sandiwara panggung.
“Usmar Ismail menjadikan seni film sebagai alat perjuangannya. Terbukti, dengan menekuni bidangnya, ia dijuluki sebagai bapak perfilman Indonesia. Karya-karyanya mampu memberikan perubahan-perubahan penting, dan sebagian besar konsep pemikirannya dalam film menjadi pedoman bagi para sineas Indonesia, termasuk saya sendiri,” katanya lagi.
Kemudian yang lebih penting, Usmar Ismail hadir bukan saja tiba-tiba terkenal lewat seni perfilman. Akan tetapi, sebelum mengenal dunia perfilman, Usmar Ismail telah berkiprah dalam dunia sastra, sutradara, aktivis, dan wartawan.
Sebagai seorang Sastrawan, Usmar Ismail juga memiliki beberapa karya tulis seperti puisi yang juga tersebar secara luas. Kemudian, sejalan dengan itu, Usmar Ismail juga menggeluti penyutradaraan teater, di mana sebagai seorang tokoh teater ia tergabung ke dalam Teater Maya bersama Rosihan Anwar dan HB Jassin, dan kelak menjadi terkenal dengan julukan sebagai “Paus Sastra Indonesia”.
Usmar Ismail juga pernah menjadi seorang wartawan dan memimpin Harian Patriot serta Majalah Arena. Bahkan kemudian, ia menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tahun 1956-1947.
Dunia teater yang juga ia geluti secara berkesinambungan dengan seni film, banyak berangkat dari konsep pemikirannya sendiri. Selain itu, atas aktivitasnya dalam dunia tulis menulis, Kolonel Zulklifi Lubis juga pernah menjadikannya sebagai intelijen TNI.
“Begitu banyak kisah Usmar Ismail yang jarang diketahui orang banyak. Meski usianya tutup pada tahun ke 50 tahun, nyatanya ia mampu melakukan banyak aktivitas, dan memberikan pengaruh dan perubahan yang signifikan,” ujar Arief Malinmudo lagi.
Untuk mengenal sosok Usmar Ismail itulah, Pameran 100 Tahun Usmar Ismail hadir, sebagai bentuk apresiasi dan lebih mendekatkan sosoknya pada masyarakat, terlebih pada generasi milenial.
Dalam kegiatan yang diiniasi oleh Sako Academy bersama Langgam.id ini, selain menampilkan pameran karya Usmar Ismail, juga digelar beberapa rangkaian kegiatan seperti, Lomba Video Pembacaan Puisi dan Lomba Vlog Usmar Ismail dengan peserta kalangan milenial. Kemudian, Dialog Series yang membahas sosok Usmar Ismail, terutama terkait kisah perjalanannya.
Andri el Faruqi selaku penyelenggara kegiatan dari Langgam.id mengatakan, rentetan kegiatan yang diperlombakan memang sengaja diperuntukkan bagi generasi milenial, supaya bisa lebih mengenal sosok Usmar Ismail.
“Dengan adanya perlombaan ini, mereka yang belum tahu sama sekali dengan Usmar Ismail, tentu akan mencari tahu siapa lebih jauh. Bagi yang selama ini hanya mendengar nama, tentu akan mencari tahu lebih banyak informasi tentang Usmar Ismail. Dari pencarian itu, setidaknya bisa diperoleh gambaran utuh dan keteladanan sosok Usmar Ismail ini,” ujar Andri kepada Haluan, Senin (8/11).
Pada awal pembukaan Pameran 100 Tahun Usmar Ismail, tampak hadir banyak tokoh seperti Kepala Bappeda Sumbar, Rektor UMSB, wartawan senior/sejarawan Hasril Chaniago, penulis Zelfeni Wimra, dan tokoh-tokoh lainnya, yang ikut didapuk untuk membacakan puisi-puisi karya Usmar Ismail. (*)