Kabupaten Lima Puluh Kota Harus Bangkit dari Bencana Alam

Akhiri Status Darurat Bencana

Bupati Lima Puluh Kota mengecek lokasi bencana di Situjuah Limo Nagari

LIMA PULUH KOTA, HARIANHALUAN.ID – Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota, Safaruddin Datuak Bandaro Rajo resmi akhiri status darurat bencana alam terhitung Sabtu (25/5/2024). Status darurat bencana tersebut berlanjut ke transisi kepemulihan bencana.

Peralihan status kebencanaan tersebut, berdasarkan hasil evaluasi bersama pemerintah daerah serta instansi terkait terhadap kondisi dan situasi daerah atas bencana alam yang terjadi pada pertengahan Mei lalu.

Bencana banjir dan longsor menimpa Kabupaten Lima Puluh Kota pada 12 Mei lalu berdampak terhadap 11 dari 13 kecamatan. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi kerugian materi akibat bencana yang terjadi dampak tingginya curah hujan tersebut mencapai Rp30,3 miliar.

Usai mengikuti kegiatan di Solo, Bupati langsung melihat kondisi tanah longsor di Kapur IX

Saat bencana melanda, Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota terus memantau kondisi daerah, dari pagi hingga pagi untuk memastikan situasi aman dari bencana.

Tak hanya itu saja, bupati rela meninggalkan agenda di luar daerah dan  terbang langsung dari  Solo Jawa Tengah demi tanggap darurat bencana di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sesampai di Kabupaten Lima Puluh Kota dihari pertama bencana, bupati meninjau longsor di Situjuah Limo Nagari, Kapur IX. Banjir di Taram, Guguak dan sekitaran Kecamatan Harau, Kecamatan Lareh Sago Halaban hingga ke Akabiluru. 

“Saat bencana melanda, kepala daerah harus berada di tengah-tangah masyarakat. Ini yang kita lakukan untuk memastikan kondisi daerah tertangani dengan baik dari dampak bencana yang terjadi,” ucap bupati.

Selama seminggu lebih, Bupati Safaruddin mendatangi lokasi-lokasi terdampak bencana. Ia pun berbaur dengan warga korban dampak bencana. Selain untuk memberikan semangat kepada korban, bupati juga menyerahkan bantuan.

Pengerukan sungai di Situjuah untuk antisipasi bencana

Bupati Safaruddin Datuak Bandaro Rajo merinci dampak dari bencana tersebut, yaitu sebanyak 12 KK atau 44 jiwa mengungsi, 544 KK atau 1995 jiwa terdampak langsung, 551 unit rumah rusak, 49 titik jalan tertimbun longor. Kemudian, 5 unit tempat ibadah dan 8 sekolah direndam banjir serta rusak , 21 titik jaringan irigasi putus serta 29,7 ribu hektar lahan pertanian direndam banjir termasuk 8,5 ribu meter persegi perikanan rata dengan banjir.

“Banjir juga menimpa dua tempat wisata serta berdampak pada 14 sub sektor perdagangan. Kerugian paling besar adalah pada sektor pertanian yaitu sebesar Rp22,5 miliar,” ujar Bupati Safaruddin Datuak Bandaro Rajo disela-sela penyerahan bantuan bencana beberapa waktu lalu.

Dikatakan Bupati Safaruddin, Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kawasan langganan bencana alam banjir dan tanah longsor. Dalam waktu berdekatan saja, seperti di penghujung  tahun 2023 atau 5 bulan lalu,  banjir dan longsor menimpa Kabupaten Lima Puluh Kota.

Dampak bencana itu, Safaruddin Datuak Bandaro Rajo pun menerbitkan Surat Keputusan (SK) Bupati Lima Puluh Kota terkait penetapan status tanggap darurat bencana alam banjir dan longsor.

Dengan topografi perbukitan daerah  bertebing dan berada di dataran rendah terutama kawasan pinggir aliran sungai, sehingga Kabupaten Lima Puluh Kota sangat rawan terhadap bencana alam. Dari 13 kecamatan, keselurahannya adalah daerah rawan bencana.

Kondisi banjir di Kabupaten Lima Puluh Kota

Berdasarkan pemetaan daerah, di bagian utara atau blok M, yaitu Kecamatan Gunuang Omeh,  Kecamatan Bukit Barisan dan Kecamatan Suliki merupakan daerah perbukitan dan sangat  rawan  terhadap tanah longsor. 

Kemudian di bagian timur, seperti Kecamatan Kapur IX dan Kecamatan Pangkalan merupakan kawasan banjir dan longsor. Banjir disana disebabkan meluapnya 2 sungai besar, yaitu Batang Maek dan Batang Kapur. Kemudian, titik-titik longsor pun berada di sepanjang jalan Pangkalan-Kapur IX serta jalan nasional Sumbar-Riau dari Koto Alam sampai ke perbatasan Sumbar-Riau.

Di bagian selatan, yaitu Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Kecamatan Luak adalah kawasan banjir. Sepanjang dua kecamatan tersebut membentang sungai Batang Sinamar. Luapan air Batang Sinamar dan ditambah limpahan aliran air dari Gunuang Sago memperparah terjadinya banjir.

Bagian barat, seperti Kecamatan Akabiluru dan Kecamatan Situjuah Limo Nagari merupakan kawasan rawan terhadap bencana tanah longsor. Perbukitan dan berada di aliran anak sungai Gunuang Sago pemicu utama terhadap tanah longsor bahkan banjir bandang di kawasan tersebut.

Pemkab Lima Puluh Kota mengakhiri status tanggap darurat bencana

Di bagian tengah Kabupaten Lima Puluh Kota seperti Kecamatan Guguak, Kecamatan Harau, Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan  Mungka  adalah daerah langganan banjir. Selain berada di dataran rendah, ke empat kecamatan tersebut daerah membentangnya sungai Batang Sinamar serta anak-anak sungai yang bermuara ke Batang Sinamar. Sehingga keempat daerah tersebut sangat cepat naiknya luapan dari sungai Batang Sinamar. 

Tak hanya banjir saja, dipinggir-pinggir keempat kecamatan tersebut merupakan daerah perbukitan dan bertebing curam, sehingga ancaman tanah longsor bisa saja terjadi setiap curah hujan tinggi. Seperti Hulu Aia di Kecamatan Harau, Taeh Bukik di Kecamatan Payakumbuh, Kubang di Kecamatan Guguak dan Simpang Kapuak di Kecamatan Mungka.

Sebagai daerah rawan terhadap bencana alam banjir dan tanah longsor, karena itu Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Datuak Bandaro Rajo mengajak semua masyarakat untuk bisa tanggap terhadap bencana dan sadar terhadap bencana alam.

Seperti imbauan bupati kepada masyarakat, agar bisa  menghindari daerah-daerah yang rawan bencana banjir dan longsor. Seperti tidak mendirikan rumah pada kawasan pinggir sungai atau kawasan tebing perbukitan.

Infogratis situasi bencana di Kabupaten Lima Puluh Kota

Pemerintah daerah, ujar bupati, terus siap terhadap bencana. Siap dari segi anggaran, siap dari segi SDM dan siap untuk penanggulang serta siap dari sisi apapun demi antisipasi bencana. Memberikan edukasi-edukasi kebencanaan kepada kelompok-kelompok masyarakat terus digalakkan, melakukan sosialisasi tiada henti, sehingga terkait kebencanaan benar-benar dipahami oleh masyarakat.

“Akhiri status darurat bencana, sekarang mari kita bangkit dari bencana ini. Mari kita bersama-sama untuk bisa hidup lebih baik lagi. Soal bencana datang, tak ada yang bisa memprediksi tetapi ini bisa antisipasi memperkecil jumlah korban dengan kesiapan diri, kesiapan kita bersama. Mudah-mudahan, bencana tidak datang lagi,”ujar Bupati Safaruddin. (*)

Exit mobile version