Di samping itu, program peningkatan kesiapsiagaan bencana masyarakat juga dilakukan lewat pencanangan program Satuan Pendidikan Siaga Bencana (SPAB) yang bertujuan membangun budaya siaga dan aman di sekolah. Lewat program itu, para siswa maupun guru-guru di seluruh sekolah, diberikan pelatihan tentang kebencanaan.
“Begitupun di lingkungan masyarakat, kami membentuk Kelompok Siaga Bencana (KSB) dan Desa Tangguh Bencana (Destana) di tingkat nagari/kelurahan. Tujuan akhirnya adalah menuju Sumbar Tangguh Bencana,” ucap Gubernur Mahyeldi.
Kalaksa BPBD Sumbar, Rudy Rinaldy menambahkan, peningkatan kesiapsiagaan masyarakat Sumbar menghadapi bencana merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi saat ini, para peneliti dan lembaga terkait, telah memetakan adanya ancaman gempa Megathrust Mentawai yang sewaktu-waktu dapat melepaskan energi besar.
“Tujuh kabupaten/kota Sumbar yang berada di pesisir pantai hendaknya dapat meningkatkan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan kebencanaan untuk mitigasi bencana,” katanya.
Di samping meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana, BPBD Sumbar juga telah menyediakan shelter TES tsunami di sepanjang wilayah pesisir pantai Sumbar. Sejauh ini, BPBD Sumbar dan instansi terkait lainnya telah mendirikan 62 unit shelter yang tersebar di berbagai lokasi. Seperti di lantai atas bangunan sekolah, masjid, hotel maupun perkantoran.
“Pembangunan sekolah di daerah rawan bencana harus dilengkapi dengan shelter di bagian atas bangunan sebagai lokasi evakuasi saat terjadi gempa berpotensi tsunami. Selain sekolah, beberapa hotel, masjid, dan gedung perkantoran di Kota Padang juga sudah dilengkapi dengan shelter,” kata Rudy.