Wisudawan/ti UIN Bukittinggi lanjut Silfia Hanani, merupakan agen perubahan dan penentu peradaban di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, sebagai agen perubahan, wisudawan/ti adalah orang yang mewakili UIN Bukittinggi untuk menyebarkan dan menebarkan kebaikan sebagai dharmabakti dan bukti nyata telah mendapatkan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi.
“Diibaratkan berjihad, wisudawan S1 sudah berada di jihad level lima. Jihad 1 di TK, jihad 2 di SD, 3 di SMP, 4 di SMA dan jihad 5 di S-1. Oleh sebab itu, sebagai jihad level 5 wisudawan sekalian sudah bisa dilepas untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh bersama-sama selama ini di UIN Bukittinggi. Begitu juga bagi wisudawan S-2. Saat ini sudah berada di jihad level 6 yang berarti sudah mampu menerapkan, sudah mempunyai aksiologi untuk menebar ilmu pengetahuan kepada khalayak ramai dan kepada masyarakat bangsa dan negara,” tuturnya.
Dikatakannya, saat ini semua berada pada tantangan global. Tantangan global di mana semua orang berkompetisi dan bersaing mendapatkan yang terbaik.
“Jika tidak mengembangkan ilmu untuk berkompetisi, berarti gagal dalam pembentukan kebaikan dan keberhasilan. Oleh sebab itu, berkompetisilah, wujudkan mimpi-mimpi kemarin itu menjadi kenyataan. Menuntut ilmu untuk mendapat kebaikan. Kebaikan itu harus dijemput dengan memenangkan kompetisi,” ujarnya.
Sementara itu, wisudawan S3 perdana, Dr. Yasmansyah, M. Pd merasa bangga karena dirinya satu-satunya ketua Baznas di Sumbar yang bergelar doktor. Menurutnya, bukan perkara mudah untuk menyelesaikan pendidikan S3 tanpa mengganggu tugas utama di Baznas Tanah Datar.
“Alhamdulillah, selama menempuh pendidikan S3 kegiatan di Baznas Tanah Datar tidak terganggu. Bahkan mampu meningkatkan pengumpulan zakat. Tahun ini, kita mampu mengantarkan Bupati Tanah Datar mendapatkan reward dari Baznas RI sebagai Kepala Daerah Penggerak Zakat Tahun 2024,” kata Yasmansyah.