HARIANHALUAN.ID – Wakil Menteri (Wamen) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Helvi Yuni Moriza mengapresiasi Universitas Andalas yang berinisiatif menggelar Andalas Business Matching (ABM) 2.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan wadah strategis yang mempertemukan berbagai pihak akademisi, dunia usaha, pemerintah, dan investor untuk berkolaborasi mendorong pertumbuhan UMKM Indonesia, khususnya di Sumbar.
“Dalam konteks yang lebih luas, ABM 2 adalah bukti bahwa sinergi lintas sektor sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi UMKM kita. Di tengah dinamika global yang semakin kompetitif, kemitraan adalah kunci untuk memastikan UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu berkembang dan bersaing di pasar internasional,” katanya saat membuka ABM 2 di ZHM Premiere Hotel Padang, Senin (9/12/2024).
Ia melanjutkan, UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Dengan jumlah lebih dari 64,2 juta unit usaha, UMKM menyumbang 60,5 persen terhadap PDB nasional dan menyerap 96,9 persen tenaga kerja.
“Namun, di balik angka-angka ini, masih ada tantangan besar yang harus kita jawab bersama,” ujarnya.
Salah satu tantangan utama adalah rendahnya partisipasi UMKM dalam Rantai Pasok Global (Global Value Chain/GVC).
Hal ini mengindikasikan bahwa produk-produk UMKM kita belum cukup kompetitif untuk menembus pasar internasional. Disamping itu, mayoritas UMKM kita masih belum terhubung ke rantai pasok industri.
Melalui PP 7 Tahun 2021, ada 2 kebijakan afirmasi pemerintah antara lain 40 persen pengadaan barang dan jasa pemerintah dialokasikan untuk usaha mikro, kecil dan koperasi serta kebijakan pengalokasian 30 persen infrastruktur publik untuk UMKM.
“Dua kebijakan diharapkan dapat menjadi pendorong perluasan pasar bagi UMKM,” kata dia.
Kolaborasi antara UMKM dengan korporasi besar, perguruan tinggi, dan pemerintah dapat menjadi katalisator untuk meningkatkan kapasitas, memperluas jaringan pasar, dan mendorong inovasi.
Kemitraan membuka peluang bagi UMKM untuk mengakses pasar yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun internasional. Memperoleh pendampingan dan pelatihan, sehingga mereka mampu meningkatkan kualitas produk dan efisiensi usaha. Mengadopsi teknologi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan agar dapat bersaing di pasar global.
Kementerian UMKM memiliki berbagai program untuk memperkuat kemitraan dan membantu UMKM naik kelas. Beberapa diantaranya, INABUYER sebuah platform yang menghubungkan UMKM dengan korporasi besar, BUMN, dan pemerintah.
Melalui INABUYER, UMKM mendapatkan peluang untuk memasarkan produk mereka langsung kepada pembeli potensial dalam skala besar. Pada tahun 2024, INABUYER telah mencatatkan transaksi lebih dari Rp20 triliun, membuktikan bahwa sinergi ini membawa hasil nyata. Hasil kegiatan kemitraan rantai pasok antara UKM dengan Pemerintah dan BUMN dalam INABUYER 2024 telah tercapai nilai kerja sama sebesar Rp1,5 triliun
Kampus UMKM, program ini dirancang untuk mendukung UMKM menjadi Go Export, Go Digital, Go Standard. Kampus UMKM memberikan pelatihan, pendampingan, dan akses teknologi kepada pelaku usaha.
Helvi Yuni Moriza menambahkan, Universitas Andalas memiliki peran strategis sebagai penghubung antara akademisi, bisnis, dan pemerintah. Kami sangat mengapresiasi upaya Universitas Andalas dalam mendorong ekosistem inovasi melalui acara ini.
“Kami berharap kolaborasi antara Kementerian UMKM dengan Universitas Andalas, dunia usaha, dan para investor akan menciptakan dampak nyata bagi UMKM, khususnya di wilayah Sumatera Barat. Sinergi ini tidak hanya akan meningkatkan daya saing UMKM di pasar lokal, tetapi juga membuka peluang besar untuk menembus pasar internasional,” ucapnya. (h/yes)