Rani Ismael: Jejak Pembuktian Man Jadda Wajada

Pengusaha Otomotif Sumatera Barat H. Sutan M Rani Ismael. (IST)

Oleh: Zul Efendi dan Yunasbi

Jejak inspiratif H. Sutan M Rani Ismael adalah cerita pembuktian ‘Man Jadda Wajada’. Kata mutiara terkenal dari Arab, ini berarti “siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan mendapatkan (berhasil)”. Kerja keras dan ketekunan, berpadu-berkelindan dengan kejujuran dan kesabaran plus akal. Maka, pushh…‘Man Jadda Wajada’ pun menjadi nyata.

Ya, kesungguh-sungguhan, itu tampaknya sudah mendarah-daging bagi pria kelahiran Cimparuah, Pariaman 20 April 1940 ini. Buktinya, meski sudah memasuki usia 82, Pak Rani –begitu ia sering disapa, masih disiplin dan rutin masuk kantor di Jalan Veteran Nomor 14 A, Padang. PT Sutan Kasim, begitu merek besar terpampang di bangunan yang ditempatinya. Bersisian dengan gedung ini, berdiri PT Suka Fajar, dealer kendaraan Mitsubishi.

“Pak Rani di luar hari Minggu dan hari besar, rutin masuk kantor, termasuk Sabtu. Bahkan terkadang beliau datangnya lebih cepat dari karyawan lain,” ujar seorang petugas pengamanan PT Sutan Kasim.

Ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (16/10), salah seorang pendiri dan perintis perusahaan otomotif dan suku cadang kendaraan bermotor terbesar di luar Pulau Jawa ini, terlihat segar dan, ini dia…tetap humoris.

“Kalau ndak masuk kantua, ndak tabali bareh beko,” kata suami Hj. Syamsidar ini, bercanda menjawab pertanyaan Haluan. Kalau tidak masuk kantor, tidak bisa membeli beras nanti…hehe.

Bertemu Rani Ismael adalah berjumpa keriangan. Nyaris pada potongan-potongan kutipannya,  terselip lelucon yang membuat suasana hidup dan gembira. Dan ini pulalah, kesimpulan banyak kolega dan orang-orang yang kenal dengan dia, yang jadi penguat karakter saudagarnya.

Saudagar yang identik dengan dunia marketing, perlu memiliki keterampilan komunikasi yang bagus. Humor yang tepat, salah satu bumbu penyedapnya. Kalau orang sudah senang dan riang, maka akan mudah untuk mengembangkan pembicaraan.

 

Selain humoris, Rani Ismael, sejak muda sampai kini dikenal para kenalannya sebagai pribadi yang hangat. Energik dan antusias, terutama kalau membicarakan hal-hal yang positif. Dia, tidak hanya pintar bicara, tapi juga mampu jadi pendengar yang baik. Kalau lawan bicaranya ngomong, Rani akan serius memperhatikan. Sekali-sekali, dia akan menyela dan bertanya untuk mengembangkan topik pembicaraan. Tidak jarang, selaan dan pertanyaannya disampaikan dengan nada bercanda.

Inilah agaknya, selain kesungguh-sungguhan yang dimilikinya, rahasia Rani Ismael membangun relasi dan jaringan. Tidak heran, bila pergaulannya luas. Hampir semua kalangan dan lintas generasi, merasa dekat dengan bapak sepuluh anak dan kakek 15 cucu ini.

“Kita harus lapang dada. Tidak boleh menyimpan dendam. Tidak boleh ada lawan. Usahakan semua orang bisa menjadi teman kita. Biasakan melihat sisi baik setiap orang. Insya Allah, hidup akan ringan,” ujar Rani, tersenyum.

 

Jalan Terjal dan Berliku

Meski sekilas hidup terlihat ringan bagi seorang Rani Ismael, namun capaian yang diraihnya hari ini, tidaklah didapat dengan cara mudah. Terjal dan berliku, demikian jalan yang ditempuh putra pasangan Sutan Ismael dan Djoani, ini. Tidak hanya keringat yang membersit, air mata pun meleleh di titik-titik perjalanannya.

Belum tamat Sekolah Dasar, saat Rani kecil masih berusia delapan tahunan, ayahnya Sutan Ismael dipanggil Yang Maha Kuasa. “Ayah saya dulu babendi. Setelah ayah meninggal, sebagai anak yang tahu diri, saya mulai berusaha meringankan beban keluarga dengan bekerja apapun yang bisa saya lakukan. Asal halal, saya kerjakan,” kata Rani, mengenang.

Dan, jalan terjal berliku itu pun dimulailah. Jadi penyabit rumput, pengembala sapi, penjaja pisang goreng sampai pelayan kedai kopi. Tidur di emperan los pasar pun, pernah dirasakan Rani kecil.

Suka-duka hidup di kampung dijalani Rani sampai usia 14 tahunan. Setelah itu, dia bekerja pada Sutan Kasim, adik ayahnya, Sutan Ismael.

Di kampung dulu, Sutan Kasim punya pedati. Lalu, dia ‘merantau’ ke Padang dan mulai merintis usaha barang bekas. Tak berhenti di situ, Pak Eteknya, ini lalu mengembangkan usahanya dengan membuka toko sepatu di Pasar Kampuang Jawo. Toko sepatu ini diberi nama “Toko Fajar”. Letaknya, menurut Rani Ismael, di Jalan M Yamin sekarang, di depan Sate Laweh.

Di “Toko Fajar” inilah, Rani Ismael ditempa dan menimba ilmu bisnis dari Sutan Kasim. Bagi Rani,  Pak Eteknya, itu sepeninggal ayahnya Sutan Ismael, adalah segala-galanya. Ya sebagai ayah, induk semang, guru sekaligus sahabat.

Beberapa tahun menimba ‘ilmu’ di Toko Fajar bersama Sutan Kasim, Rani lalu belajar mandiri. Dia membuka toko kelontong yang diberi nama “Cahaya Matahari”. Lokasinya, di sekitaran Pasar Raya sekarang. Alhamdulillah, usaha toko kelontongnya berjalan baik.

Sedang asyik-asyiknya mengembangkan “Cahaya Matahari”, Rani diminta Pak Eteknya, Sutan Kasim bergabung mengelola usaha baru di bidang otomotif. Rupanya, setelah sukses mengembangkan “Toko Fajar” dan sejumlah toko lain di bilangan Pasar Raya, tahun 1970-an, Sutan Kasim membeli usaha perbengkelan NV Tampubolon di kawasan Purus. Bengkel milik Calvin Bismak Tampubolon yang berdiri sejak tahun 1950 itu, saat dibeli tidak lagi beroperasi.

Mendapat tawaran yang menantang itu, Rani Ismael pun menyambutnya. Kolaborasi duo perintis yang tidak tamat Sekolah Dasar, itu dimulailah. Di tangan Sutan Kasim dan Rani Ismael, NV Tampubolon lalu berganti nama menjadi PT Sutan Kasim. Presiden Komisaris dijabat Sutan Kasim, Direktur Rani Ismael.

Dalam perjalanannya, PT Sutan Kasim mendapat “darah segar” dengan masuknya putra Sutan Kasim yaitu Drs Zairin Kasim. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas yang juga mengenyam pendidikan di Jerman, ini menempati posisi sebagai Presiden Direktur. Setelah itu PT Sutan Kasim diperkuat Moyardi Kasim, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB). Moyardi meninggal dalam musibah gempa Padang tahun 2007 lalu, saat berada di kantornya di Jalan Veteran, Padang.

PT Sutan Kasim, perlahan tapi pasti tumbuh dan berkembang jadi perusahaan dealer mobil. Mereka menjual mobil Amerika seperti Jeep, Ford dan Dodge. Tahun 1976 mulai jadi dealer mobil Jepang, Hino. Dan sejak 1978 sampai sekarang, PT Sutan Kasim Ltd bersama PT Suka Fajar menjadi dealer mobil Mitsubishi dan dealer ban Intirub untuk beberapa wilayah di Sumatra. PT Sutan Kasim, terus mengepakkan sayapnya sebagai perusahaan otomotif ternama tidak hanya di Sumatra Barat, tapi juga di Riau, Jambi, Sumut dan bahkan Jakarta.

Tidak berhenti pada PT Sutan Kasim dan PT Suka Fajar, Rani Ismael juga mengembangkan bisnisnya dengan membuka sejumlah perusahaan antara lain PT Karya Suka Abadi, PT Suka Melaju dan PT Moris Karya Perkasa. Pada perusahaan yang bergerak dalam penjualan minyak pelumas dan ban Dunlop, Goodyear dan Hankook ini, Rani Ismael menjadi Presiden Direktur. Untuk operasional perusahaan, Rani Ismael mempercayakan kadernya, Zulheri Rani sebagai General Manager.

“Alhamdulillah. Saya bersyukur kepada Allah. Kalau kita mau sungguh-sungguh, mau bekerja keras, mau belajar, komitmen dan bertanggung jawab, insya Allah akan menjadi. Tuhan akan buka dan mudahkan jalan. Tidak ada yang tidak mungkin, jika kita mau. Dalam bidang apa pun, kuncinya, sungguh-sungguh,” kata Rani Ismael.*

Exit mobile version