“Kenapa tidak mungkin untuk diterapkan di Sumbar. Beberapa teknologi akan dijadikan alternatif agar jalur Kayu Tanam-Bukittinggi bisa dilaksanakan. Sebab beberapa jalur tidak bisa digunakan. Contoh di Kota Bukittinggi tidak mungkin lagi menggunakan trase yang lama,” kata dia.
Disisi lain, reaktivasi juga mempertimbangkan kerawanbencanaan wilayah. Dalam studi akan dibahas, wilayah di Sumbar yang rawan bencana gempa dan lain-lain.
BTP Kelas II Padang, sambungnya tentu tidak bisa bekerja sendiri. Butuh dukungan yang dari pemerintah maupun stakeholder.
“Anggaran maupun target pelaksanaannya, kita masih menunggu pemerintahan yang baru. Intinya kita berusaha memajukan moda transportasi di Sumbar,” ucapnya.
Sejauh ini di tahun 2025 anggaran di wilayah BTP fokus untuk keselamatan dan PSO. Sedangkan untuk reaktivasi masih mengusulkan kepada pemangku kebijakan.
“Sehingga di tahap awal ini masih kajian, BTP mengkhususkan studi kawasan reaktivasi berkolaborasi dengan Akademisi Unand untuk menilai sarana dan prasarana di jalur Lembah Anai,” ucapnya.
Renstra BTP Kelas II Padang selanjutnya, rencana peningkatan jalur KA dengan double track Padang-Kayu Tanam (Tahap I), jalur KA dengan double track Lubuk Alung-Sungai Limau (Tahap III).