Teks foto: Pengelola Unit Pegadaian Pariaman, Muchlishiin
PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Unit Pegadaian Pariaman mencatat, kenaikan jumlah pinjaman nasabah selama tiga bulan terakhir mencapai 20 persen. Peningkatan ini, salah satunya dipengaruhi oleh harga emas yang cenderung naik selama beberapa waktu terakhir.
Pengelola Unit Pegadaian Pariaman, Muchlishiin menjabarkan, jumlah pinjaman pada April bernilai Rp13.390.610.00 dengan 2.143 potongan barang. Sementara pada Mei turun menjadi Rp12.686.960.000 dengan 2.127 potong barang dan naik kembali pada Juni menjadi Rp13.258.760.000 dengan 2.122 potong barang.
“Kalau diperhatikan, jumlah potong barang atau kredit pada Mei dan Juni tidak jauh berbeda. Namun, karena ada pengaruh harga emas, maka nilai pinjamannya mengalami peningkatan,” kata Muchlishiin kepada Haluan, Selasa (11/6).
Ia membandingkan, perbedaan nilai pinjaman pada awal tahun dengan kondisi saat sekarang karena pengaruh kenaikan harga emas. Pada awal tahun, nilai pinjaman mencapai Rp1,8 juta per 2,5 gram emas, sementara sekarang naik Rp700 ribu menjadi Rp2,5 juta per 2,5 gram emas.
“Karena pengaruh kenaikan harga emas ini, minat orang-orang untuk menggadai juga timbul. Berbeda dengan menjual, dengan menggadai, nasabah bisa menebus barangnya kembali, dengan kata lain keamanan aset nasabah juga terjaga,” paparnya.
Adapun nasabah yang mendominasi transaksi gadai di Pegadaian Pariaman berasal dari kalangan pedagang yang memerlukan modal untuk menyambung usaha. Kendati tahun ajaran baru tengah menanti, Muchlishiin menyebut, belum terlalu banyak nasabah yang meminjam dengan tujuan membiayai uang sekolah atau membeli perlengkapan sekolah anak.
“Secara garis besar, momen tahun ajaran baru belum memengaruhi. Saat ini, aktivitas nasabah masih dipengaruhi sistem dagang, sedangkan untuk tahun ajaran baru ada beberapa pinjaman tapi tidak signifikan,” katanya.
Ia mengatakan, transaksi gadai biasanya melonjak pada momen lebaran terutama usai perayaan Idul Fitri. Nasabah akan banyak menebus barang gadai pada sebelum lebaran dan kembali menggadai setelah perayaan berakhir.
“Sebelum lebaran biasanya banyak tebusan, sehingga terjadi penurunan nasabah. Kemungkinan, nasabah memerlukan barangnya kembali dan setelah habis-habisan selama lebaran, baru kemudian menggadai kembali,” ujarnya.
Begitu juga untuk menyambut tahun ajaran baru, Muchlishiin mengatakan masyarakat akan mulai menggadai untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak. Ia memperkirakan angka transaksi gadai terus meningkat jelang tahun ajaran baru tiba. (*)