HARIANHALUAN.ID – Warga Tarantang sekitar kawasan Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, menyembunyikan kekesalannya terkait perluasan pembangunan homestay, yang dilakukan pemilik tanpa memperhatikan tata kelola izin usaha.
Akibatnya, banyak tanah kerukan bukit runtuh saat hujan turun dan menggenangi jalan umum. Apabila sengkarut terkait tata kelola izin usaha homestay berlarut, maka dikhawatirkan berdampak negatif pada investasi di kawasan objek wisata Lembah Harau.
Anggota Badan Musyawarah (Bamus) Nagari Tarantang, Yusrizal Adik mengatakan, setelah mendapatkan informasi dari masyarakat pihaknya langsung melakukan konfirmasi ke pihak Pemerintah Nagari Tarantang terkait sistemik tata kelola dan kebijakan izin usaha homestay, salah satunya dikelola Zal Saliguri Homestay.
“Terlihat dari tidak pahamnya membangun, ditambah kelalaian pengelola dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar, akibatnya jalan aspal menuju Sarasah Bunta tergenang air dan lumpur bukit,” ujar Yus Adik.
Problem tersebut, kata Yus Adik, berpotensi buruk terhadap dicabutnya izin mengelola homestay. Apabila masih ada sengkarut kontruksi bangunan mengabaikan azas lingkungan sekitar, hal ini bisa memberi citra buruk bagi pemerintah daerah dalam menopang pencapaian visi dan misi Pemerintahan Bupati Lima Puluh Kota, Syafaruddin.
Sementara itu, Wali Nagari Tarantang, Sudahri saat ditemui awak media enggan berkomentar banyak. “Langsung saja ke pemilik homestay Zal Saliguri yang melakukan pengerukan bukit, sehingga lumpur bukit menggenangi jalan umum. Kami sudah memberi jawaban dan selalu mengingatkan pemilik homestay dimaksud dan tidak direspon, atau langsung ke Dinas PUPR,” ujarnya.