“Dengan penyelenggaraan Seminar Nasional Front Palupuh, kami dari satuan Brimob berharap agar perjuangan di Palupuh ini tetap diingat dan dikenang oleh generasi selanjutnya,” kata John Hendri yang mewakili Danton Brimob Padang Panjang.
Pascapindah ke Bateh Sariak Palupuh pada 22 Desember 1948, sambung Fikrul Hanif, Mobbrig digerakkan oleh AKBP Sulaiman Efendi, Inspektur Polisi II Kaliansa Situmorang (Komandan Polisi bagian Sumatra Barat), dan Inspektur Polisi I Amir Machmud selaku Komandan perjuangan Front Palupuh.
Taktik bertahan dan menerobos maju yang diilhami dari pertahanan semesta dalam jarak 5 kilometer itu, membuat Belanda putus asa.
“Belanda benar-benar frustasi, karena gagal menerobos bagian utara yang menghubungkan dengan Sibolga. Selain itu, pertahanan yang dikoordnir MPRK itu, juga menghalangi Belanda untuk masuk ke Koto Tinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota,” ujar Fikrul.
Ia berharap Seminar Nasional Front Palupuh ini, tidak sekadar sebagai pengingat, tetapi juga menyempurnakan buku Front Palupuh yang pernah ditulis oleh Darwis-sesepuh dari Palupuh pada Tahun 1999.
“Buku Front Palupuh ini untuk meluruskan peristiwa yang kurang tepat, yang pernah disinggung oleh sejarawan sebelumnya. Naskah itu selesai Tahun 1998. Dan Tahun 1999 buku ini dirrsmikan di tugu peringatan Front Palupuh,” ujar Sri Raflesia.
Beragam upaya untuk menindaklanjuti dalam usaha merawat memori kolektif perjuangan di Palupuh, melalui penerbitan buku dan menyebarkannya untuk generasi muda. Untuk menggaungkan dan menjadikan Front Palupuh seluruh narasumber sepakat, supaya masyarakat Palupuh bersiap-siap untuk membuat kegiatan tahunan seperti mengadakan sayembara penulisan, vlog, kontes fotografi yang berhubungan dengan masa perjuangan PDRI, termasuk mengembangkan diri dalam sektor pariwisata.