Front office sebagai rul model dari wajah pelayanan dibenahi sesuai standar, ada ruang tunggu, ruang baca, ruang bermain anak-anak dan korsi roda. Semua berubah seratus delapan puluh derajat.
Tahun 2020, muncul makhluk yang bernama Covid-19 yang mengacaukan semua rencana yang telah disusun, berbagai progran penting terpaksa dibatalkan. Anggaran dana desa sekitar Rp780 juta, yang seharusnya untuk membangun infrastruktur nagari terpaksa dipangkas 68 persen, 40 persen dialokasikan untuk BLT, 20 persen untuk swasembada pangan dan delapan persen untuk penanggulangan Covid-19. Sisanya lebih kurang Rp285 juta, itulah yang digunakan untuk fisik.
Menyadari kondisi itu, Azwar Mardin melakukan terobosan melalui inovasi yang tak membutuhkan penganggaran yang banyak. Salah satu inovasi itu adalah menciptakan aplikasi SIPENA online untuk memudahkan pelayanan masyarakat. Digerakannya PPID (Pejabat Pengelola Informasi Daerah) guna terwujudnya keterbukaan informasi. Tak hanya itu, pasar nagari yang berpredikat pasar rakyat pun dikelola secara serius.
“Siapa yang menguasai informasi dia akan menguasai dunia,” Azwar Mardin pun menyadari akan hal itu. Didukung oleh staf dan perangkat, Nagari III Koto Aur Malintang dipublikasikan melalui konten kreatif melalui alat komunikasi kekinian, seperti youtube, facebook, twiter, instagram dan media lainnya.
Tak heran, meski wabah pandemi Covid-19 masih melanda, Nagari III Koto Aur Malintang semakin dikenal. Terbukti dalam kurun waktu tiga tahun, Nagari III Koto Aur Malintang menyabet beberapa prestasi di tingkat kabupaten dan provinsi, seperti Nagari Terbaik Padang Pariaman, Pasar Rakyat terbaik tingkat provinsi, Nagari Paling Terbuka tingkat Sumatra Barat (Sumbar).