Menyatukan Adat, Inovasi dan Alam
Sebagai pemimpin, Muskinta juga dikenal adaptif terhadap zaman. Sambil memegang erat nilai-nilai adat, ia tak ragu membuka ruang bagi inovasi yang relevan. Dalam beberapa tahun terakhir, Lareh Nan Panjang digagas sebagai nagari hijau dan inovatif, sebuah inisiatif yang menggabungkan pelestarian alam, ekonomi kreatif dan tata kelola pemerintahan yang melibatkan seluruh unsur masyarakat.
“Dengan semangat Minangkabau yang mengakar pada adat dan syarak, kami membuka cakrawala menggabungkan kearifan lokal dengan inovasi masa kini,” tutur Muskinta, mantap.
Ia percaya bahwa masa depan nagari tidak bisa dilepaskan dari kolaborasi. Alam, budaya dan teknologi harus berjalan berdampingan. Bukan untuk menjauhkan masyarakat dari akar, tapi untuk menguatkannya membawa nagari menuju kesejahteraan dan ketahanan sosial yang berkelanjutan.
Menuju Nagari Gemilang
Dalam perjalanannya memimpin, Muskinta tidak hanya dikenal sebagai tokoh birokrat. Ia adalah figur yang membumi, yang hadir di ladang saat panen, di surau saat musyawarah dan di jalan setapak saat mendampingi warganya. Namun dalam kesibukannya, ia tak pernah melupakan satu hal, yaitu mendengar suara alam.
“Dipimpin oleh hati, dibimbing oleh alam, itulah jalan yang saya tempuh. Karena saya yakin, nagari yang berbudaya dan lestari adalah warisan terbaik untuk generasi mendatang,” katanya lagi.
Lareh Nan Panjang, yang terletak di jantung Minangkabau, kini bergerak perlahan, namun pasti menuju nagari yang gemilang. Di bawah kepemimpinan yang penuh refleksi, keberanian dan kearifan lokal, harmoni antara manusia dan alam tumbuh semakin kuat.
“Inilah tekad kami. Menciptakan nagari yang berbudaya, maju dan lestari. Karena masa depan dimulai dari langkah kecil yang berpihak pada rakyat dan alam,” tutur Muskinta. (*)