Mengenal Lebih Dekat Cagar Alam Batang Palupuh, Rumah Rafflesia Pertama di Sumbar

Kontributor Anton Irza

Bunga Rafflesia

HARIANHALUAN.ID – Hingga saat ini ada 35 jenis tumbuhan Raflesia yang ada di dunia,  Dari 35 jenis tersebut, 15 jenis ada di Indonesia dan 11 jenis di antaranya di Pulau Sumatra.

Di Sumatra Barat (Sumbar) sebaran bunga Rafflesia sampai akhir 2021 terdapat 36 titik yang tersebar di 14 di antara 19 kabupaten dan kota, dengan jenis Arnoldii, Gadutensis, Haseltii, dan Tuan-mudae.

Jenis tersebut ditemukan di 14 kabupaten dan kota di Sumbar, yakni Agam, Kota Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Kabupaten Solok, Padang Pariaman, Pasaman, Pasaman Barat, Solok Selatan, Pesisir Selatan, Dharmasraya, Sijunjung, Tanah Datar, dan Lima Puluh Kota.

Hanya ada lima kabupaten dan kota belum ditemukan bunga Raflesia, seperti Kota Solok, Sawahlunto, Payakumbuh, Pariaman, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara itu, di Bengkulu yang menjadikan Rafflesia sebagai simbol daerahnya hanya ditemukan di 20 titik sebaran bunga tersebut.

Sebanyak 20 titik bunga Rafflesia itu tersebar di Kabupaten Rejang, Lebong, Kapahiang, Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Seluma, Kaur, dan Muko-Muko. Dan belum ada titik lokasi baru ditemukan sampai saat ini.

Jumlah sebaran bunga Rafflesia di Bengkulu itu berdasarkan data dari sumber Departemen Kehutanan pada 1997, Agus Susatya pada 2002, dan Zahud 1998.

Sedangkan sebaran paling banyak di Sumbar terdapat di Kabupaten Agam, dengan jumlah 16 titik tersebar di Kecamatan Palembayan, Tanjung Raya, Palupuh, Baso, Kamang Magek, Tilatang Kamang, Malalak, dan Matur.

Di Sumbar bunga Rafflesia pertama kali ditemukan di Cagar Alam Batang Palupuh, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, zaman Belanda pada 1928, 110 tahun setelah ditemukan Rafflesia pertama kali di Bengkulu 1818 di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan.

Sejak ditemukan bunga langka di lokasi tersebut, kawasan itu kemudian ditetapkan sebagai Cagar Alam Batang Palupuh oleh Pemerintah Belanda lewat Gubernur Besluit No. 3 STBL No. 402 pada 14 November 1930. Dan menjadikannya sebagai cagar alam Rafflesia pertama di Sumbar.

Penunjukan kawasan ini sebagai cagar alam dilatarbelakangi oleh keberadaan jenis bunga Padma Raksasa (Rafflesia Arnoldi), yang banyak terdapat di dalam dan di sekitar kawasan ini. Pemancangan batas kawasan Cagar Alam Batang Palupuh sepanjang 0,837 km telah dilaksanakan Tahun 1929 oleh Pemerintah Hindia Belanda, yang terdiri dari batas fungsi dengan hutan lindung sepanjang 0,221 km, batas luar yang berbatasan dengan areal penggunaan lain sepanjang 0,616 km, bahkan batas kawasan telah dilengkapi dengan pagar kawat berduri, walaupun kondisinya saat ini sudah rusak. Secara administrasi pemerintahan terletak Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam.

Cagar Alam Batang Palupuh sudah mulai dikunjungi wisatawan mancanegara semenjak 1932. Dengan kondisi itu, warga sudah biasa beradaptasi orang asing yang berkunjung untuk melihat maupun mempelajari Rafflesia.

Selain banyaknya individu Rafflesia di Cagar Alam Batang Palupuh juga ditemukan individu individu lain, seperti bunga Rhizanthes dan bunga bangkai yang hampir setiap tahun mekar sempurna.

Bunga-bunga langka dan dilindungi itu tumbuh secara berdekatan satu sama yang lain dengan kondisi hutan yang rindang. Selama Tahun 2022 ditemukan sebanyak 43 individu bunga Rhizanthes Lowii ditemukan di kawasan Cagar Alam Batang Palupuh.

Rhizhanthes adalah jenis tumbuhan berbunga dan termasuk parasit sejati yang dapat tumbuh tanpa daun, batang, akar dan klorofil, sehingga ia tidak mampu melakukan fotosintesis.

Menurut Kartawinata (1976) cagar alam ini termasuk formasi hutan hujan tropis. Secara umum berbagai tumbuhan yang terdapat di dalam kawasan ini terdiri dari pohon dikuasai oleh jenis-jenis dari Famili Lauraceae, Myrtaceae dan Euphorbiaceae. Golongan Liana didominasi oleh Famili Vitaceae, Epifit terdiri dari keluarga pakupakuan dari Famili Aspleniaceae, dan Orchidaceae dan beberapa parasit akar, seperti Rafflesia Arnoldi, Rhizantes Zippeli dan Balanophora Elongata.

Berdasarkan penyebaran bunga Rafflesia Arnoldi kawasan cagar alam ini dibedakan atas dua areal, yaitu areal yang terdapat Rafflesia sp dengan luas 1,3 hektare, dan areal non Rafflesia dengan luas 2,1 hektare (Syahbuddin. 1981).

Pada areal yang mengandung Rafflesia terdapat jenis-jenis flora, antara lain jenis Villebrunea Rubenscens, Sauraia Vulcanica, Nauclea Purpurascens, Clonea Sigun, Commersonia Batramia, Litsea Velutina, Liana jenis Tetrastigma sp, dan jenis Endo Parasit Rafflesia Arnoldi.

Pada areal non Rafflesia dikuasai oleh jenis Villebrunea Rubescens, Litsea Vilutina, dan Nauclea Purpurascens, terdapat juga jenis Toona Sureni, pada tingkat sapling terdapat jenis Cofea Robusta yang menyebar dari lahan masyarakat.

Fauna yang terdapat di dalam kawasan ini ada yang bersifat menetap dan ada pula yang tidak menetap, di antara jenis-jenis tersebut berhubungan dengan kehidupan Rafflesia Arnoldi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung terlihat adanya serangga yang sering mengunjungi bunga Rafflesia Arnoldi saat bunga tersebut mekar, serangga yang banyak mengunjungi bunga adalah anggota Famili Calliphoridae, Sarcophagidae, dan Muscidae dengan jenis-jenis, seperti lalat hijau (Luciliasp), lalat biru (Protocalliphora sp), lalat becak (Sarcophaga sp), dan lalat buah (Drosophila sp). Selain itu, jenis tupai tanah (Tupaia glis) yang sering memakan kuncup bunga Rafflesia Arnoldi.

Jenis-jenis lain yang ditemukan tanda keberadaannya dalam kawasan adalah babi hutan (Sus scrofa), tapir (Tapirus indicus), kijang (Muntiacus muncak), siamang (Hyllobates syndactylus), simpai (Presbytis cristata), tupai dahan (Sciurus notatus), kera (Maccaca fascicularis), tikus buluh (Chiropodimys sp), tikus tanah (Rhizomys sumatraensis), bengkarung (Mubaya multifasciata), dan musang (Paradoxorus hermaphroditus).

Dengan sejarah serta potensi yang ada cagar alam ini bisa mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat Nagari Koto Rantang. Karena cagar alam ini bukan hanya menyajikan Rafflesia saja, tapi ada banyak faktor lain yang mendukung. Ada ke aneka ragaman flora dan fauna, serta kebudayaan masyarakat sekitar cagar alam yang selama ini telah terbiasa hidup berdampingan dengan Rafflesia.

Tentunya pembenahan lebih lanjut mampu membuat wisatawan yang berkunjung ke cagar alam ini bisa lebih nyaman untuk mempelajari Rafflesia dan ekosistemnya. Dengan menjadikan Cagar Alam Batang Palupuh daerah kunjungan wisata minat khusus, pada akhirnya mampu berdampak bagi perekonomian masyarakat Nagari Koto Rantang secara berkelanjutan. (*)

Exit mobile version