PADANG, HARIANHALUAN.ID- Hidup tak melulu berpangku tangan. Untuk menuju kehidupan yang lebih layak, seseorang mestilah memiliki tekad dan keinginan yang cukup kuat meski perjalanan terkadang berliku dan kerikil kecil berserakan dimana-mana.
Begitulah Ketua Pengadilan Agama Padang, Nursal memaknai kehidupannya dari menjunjung hasil tani hingga menjunjung tinggi keadilan.
Ia lahir dari keluarga petani di Sumani, Kabupaten Solok, masa kecilnya dihabiskan untuk belajar di SD hingga SMA sembari membantu orang tuanya di kebun. Ia menjunjung hasil tani seperti kopi dan bawang dari Sumani ke Koto Sani, ia tempuh berjalan kaki selama dua jam. Tak jarang ia jatuh saat hujan karena tubuhnya yang kecil.
“Dulu saya juga ikut bertani. Saat di kebun menjunjung hasil tani, saya sering terjatuh. Tapi dari situ saya belajar, meskipun badan kecil, saya harus punya keinginan besar untuk mengubah nasib,” tutur Nursal.
Lahir dari keluarga petani, Nursal tahu betul kerasnya hidup. Namun ia percaya bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari keterbatasan.
Ia melanjutkan sekolah hingga akhirnya diterima di Fakultas Syariah UIN Imam Bonjol Padang pada tahun 1991 dan menyelesaikan studi pada 1996.
Selama kuliah, ia dikenal aktif dalam organisasi dan diskusi, serta mulai membangun tekad untuk bekerja di lembaga pemerintahan agar dapat memperbaiki garis kehidupan.
Selepas kuliah, ia dan teman-temannya mencoba peruntungan dengan mendaftar ke Kementerian Agama untuk menjadi pejabat di Kantor Urusan Agama (KUA), sesuai dengan latar belakang pendidikan syariahnya.
Namun nasib justru mengarahkan langkahnya ke Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Padang yang saat itu masih berkantor di Siteba. Tahun 1997, ia dinyatakan lulus sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan ditempatkan di Pengadilan Agama Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman.
Di tahun yang sama, ia menikah dengan seorang guru asal Singkarak yang kala itu bertugas di Lubuak Gadang, Solok Selatan.
Demi bisa hidup bersama istri, Nursal mengajukan pindah tugas ke Pengadilan Agama Muaro Labuah, dan mengabdi di sana hingga tahun 2007.
Kesempatan menjadi hakim datang ketika dirinya telah menjadi Panitera Pengganti sejak 2004. Ia mengikuti seleksi calon hakim dan berhasil lolos.
“Tesnya luar biasa banyak. Saya ingat betul ikut tes kitab kuning di Medan. Setelah lulus, saya diklat oleh MA di Anyer. Desember 2007, saya resmi menjadi hakim dan ditempatkan pertama kali di Ruteng, NTT,” ujarnya.
Namun penugasan di Ruteng tidak ia jalani bersama istri, karena medan perjalanan yang berat dan berkelok membuat ia dan keluarga harus berpisah sementara.
Istrinya memilih kembali mengajar di MTsN Kota Solok. Meski harus berjauhan, Nursal tetap menjalani tugas dengan penuh tanggung jawab.
Karirnya terus berlanjut dari satu daerah ke daerah lain. Tahun 2010 ia dipindahkan ke PA Muaro Bungo, kemudian ke PA Sawahlunto pada 2012, lalu PA Solok pada 2017 yang membawanya kembali dekat dengan keluarga.
Namun pada 2018, ia kembali mendapat penugasan jauh di PA Kefamenanu, NTT, sebelum kembali ke Sumatera Barat di PA Tanjung Pati pada 2019.
Tahun 2021 ia bertugas di PA Muaro Bulian, lalu ke PA Bukittinggi. Di tengah pandemi Covid-19, ia dipindahkan lagi ke PA Pekanbaru dan akhirnya kembali ke kampung halaman sebagai Ketua Pengadilan Agama Padang pada tahun 2022 hingga saat ini.
Bagi Nursal, menjadi hakim bukan sekadar profesi, melainkan jalan hidup dan pengabdian. Ia meyakini, pengadilan adalah tempat semua orang mencari keadilan, dan keadilan tidak boleh ditawar.
“Jika ingin sesuatu itu berjalan dengan semestinya, maka sampaikanlah segala hal yang benar, dengan cara membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah. Kalau tidak ada integritas, pengadilan akan hancur,” ujarnya.
Ia menyayangkan praktik-praktik curang yang masih terjadi di balik meja pengadilan, banyak sekali yang bermain sogok menyogok yang pada akhirnya bukan hukum yang menang, tapi kepentingan pihak tertentu.
Sebagai Ketua PA Padang, Nursal berkomitmen menjaga pelayanan yang transparan dan terbuka.
Ia mengatakan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang dipimpinnya terus meningkat, seiring dibukanya berbagai saluran pengaduan, baik secara daring maupun langsung. Setiap keluhan, katanya, akan menjadi bahan evaluasi demi peningkatan layanan.
Di bawah kepemimpinannya, Pengadilan Agama Padang mencatatkan sejumlah prestasi membanggakan.
Laporan keuangan, pelaksanaan anggaran, hingga pelaporan kegiatan dan pelayanan informasi semuanya mendapat penghargaan terbaik dari pihak Pengadilan Tinggi Agama.
Namun di balik itu semua, Nursal tetap memegang teguh nilai-nilai kesederhanaan dan perjuangan.
Ia terus menanamkan pentingnya pendidikan dalam keluarga, karena baginya, pendidikan adalah pondasi dan kunci menuju kehidupan yang tertata.
“Kalau arah dan tekad kita jelas, rintangan sebesar apapun bisa dilewati. Kita hanya perlu terus berdiri, meski sering terjatuh,” tutur Nursal. (*)